Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Usaha Produk Sanitasi, Suharniyati Raup Omzet Rp 5 Juta Per Bulan

Kompas.com - 02/12/2019, 14:37 WIB
Ade Miranti Karunia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wirausaha produk sanitasi dan toilet biasanya banyak digeluti oleh kaum Adam, namun ternyata ada juga perempuan  yang justru tertarik menjalani usaha tersebut.

Suharniyati, seorang ibu asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) memilih berwirausaha sanitasi.

Sang suami lebih dulu memiliki keterampilan pembuatan produk sanitasi dan kloset di sana. Awalnya, sang suami Suharniyati mengikuti pelatihan selama sepekan yang dihelat oleh Yayasan Masyarakat Peduli (YMP) NTB.

Kemudian, keahlian sang suami diturunkan ke Suharniyati yang masih aktif mengelola usaha dagang.

Baca juga: Ini Daftar Negara Terbaik untuk Entrepreneur Perempuan, Adakah Indonesia?

Kini, Suharniyati menjadi satu-satunya perempuan yang bertahan dengan wirausaha sanitasi dan kloset di desanya. Awalnya, banyak perempuan yang melakoni usaha ini, namun lambat laun redup.

Usaha sanitasi di desanya ini dia dan suami beri nama UD Beriuk Tinjal. Selain membantu suami mengembangkan usaha sanitasi, ada alasan lain di balik terjunnya Suharniyati di bisnis tersebut.

"Alasan saya untuk usaha sanitasi, mengantarkan desa UDM. Di samping itu juga ingin membantu suami mendapatkan penghasilan yang lebih. Suami dari awal sudah usaha ini, kalau kloset sudah mulai 2013," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (2/12/2019).

Dia ingin menepis anggapan bahwa perempuan hanya tinggal di rumah mengurus anak dan suami. Menurut Suharniyati, perempuan juga bisa setara dengan pria.

"Karena mungkin pemikiran perempuan itu hanya kesibukannya di rumah tangga sehingga tidak mau menekuni sanitasi ini," ujarnya.

Baca juga: Berdayakan Perempuan Melalui Kewirausahaan

Berbicara soal 'cuan', usaha sanitasi dan kloset tersebut cukup untung penjualannya. Per bulannya dia bisa mengantongi lebih dari Rp 5 juta.

Suharniyati menyebut, harga jual sanitasi dan kloset tergantung paket yang dipilih oleh konsumen, mulai dari Rp 550.000 hingga Rp 1 juta.

"Untuk tiap tahunnya kami dapat dengan jumlah yang tidak sedikit. Di desa lain-lain kita juga sudah bisa membangun jamban dengan harga murah. Kalau bisa dijangkau masyarakat kita sediakan dengan harga Rp 550.000. Karena ada variasi. Tapi kebanyakan masyarakat lebih memilih harga Rp 650.000 yang dia pakai buisnya tiga. Karena itu menurut masyarakat agar lebih panjang untuk pemakaiannya," ucapnya.

"Paling mahal Rp 1,1 juta itu yang pakai buisnya sembilan. Buis itu untuk tangki," lanjut Suharniyati.

Terganjal Tenaga Ahli

Selama enam tahun bangun usaha sanitasi dan kloset bersama suami, rupanya ada kesulitan yang dihadapi. Kesulitan itu adalah minimnya keahlian tenaga kerja yang mampu membangun sanitasi dan kloset.

Untungnya di desanya, yakni Desa Mongtobaan, Kecamatan Sikur, banyak pihak yang mau bekerja sama menjalin kemitraan dalam hal pemesanan sanitas yang banyak.

Adapun rata-rata pemesan sanitasi tersebut banyak pada segmen perumahan. UD Beriuk Tinjal milik Suharniyati pun tak hanya menerima pesanan dari kawasan desanya, namun Sumbawa dan seluruh wilayah NTB juga dilayani.

"Kesulitan saya saat ini karena kekurangan tukang yang terlatih. Kami juga membuka kesempatan buat yang mau magang. Tenaga kerja saat ini kita ngambilnya kalau ada pesanan, kita ngambilnya yang sudah magang, desa-desa yang sudah kita latih untuk memenuhi pemesanan," ungkapnya.

Baca juga: Ini Langkah Menjadi Perempuan Cerdas secara Finansial

Tak hanya itu, produk yang dibuatnya itu pun didistribusikan ke usaha dagang berbasis subsektor aneka industri perkakas.

"Kita menjalin mitra yang sudah kita latih. Kita juga pasok ke toko-toko (peralatan rumah tangga yang besar)," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com