Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

BPH Migas Dorong Pembangunan Pipa Gas Trans Kalimantan

Kompas.com - 03/12/2019, 19:33 WIB
Inadha Rahma Nidya,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Badan Pengatur Hilir (BPH) Minyak dan Gas Bumi (Migas) M. Fashurullah Asa atau yang biasa disapa Ifan mengatakan, pembangunan Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan merupakan tindak lanjut dari Rencana Induk Gas Bumi Tahun 2012-2025.

“Kementerian ESDM telah merencanakan pembangunan jalur Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan dari Bontang - Banjarmasin - Palangkaraya – Pontianak, sepanjang 2.219 kilometer (km),” kata Ifan, seperti dalam keterangan tertulisnya.

Ifan sendiri mengatakan itu saat hadir dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Supply and Demand gas bumi Kalimantan, di Grand Mahkota Hotel Pontianak, Selasa (3/12/2019).

BPH Migas terus mendorong terwujudnya Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan karena nantinya, akan berguna untuk mengangkut gas bumi dari Bontang Kalimantan Timur, guna memenuhi kebutuhan energi Kalimantan.

Pembangunan pipa Trans Kalimantan juga dapat membantu mengurangi defisit perdagangan, melalui peningkatan pemanfaatan gas bumi sebagai substitusi bahan bakar minyak, terutama pada sektor kelistrikan dan pertambangan.

Baca juga: Dalami Supply and Demand Gas di Kalimantan, BPH Migas Adakan FGD

Menurut Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko yang turut hadir pada FGD tersebut, pembangunan Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan sejalan dengan visi presiden.

“Upaya pembangunan Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo yang memprioritaskan lima aspek khususnya pembangunan infrastruktur,” kata Moeldoko.

Kelima aspek yang dimaksud meliputi infrastruktur, investasi, kualitas sumber daya manusia, reformasi birokrasi, dan APBN yang tepat sasaran.

Kebutuhan gas bumi di Kalimantan pada 2018 (diluar Ekspor/Komitmen Liquefied natural gas/LNG) hanya sebesar 675,21-696,40 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD), atau Juta Standar Kaki Kubik per Hari (gas).

Baca juga: Luhut soal Penurunan Lifting Migas: Kita Punya Data 1,6 Miliar Barrel...

Namun dengan adanya rencana pemindahan ibu kota serta antisipasi dikeluarkannya kebijakan konversi pembangkit berbahan bakar batubara dan BBM ke gas bumi, potensi demand gas bumi Kalimantan diperkirakan meningkat hingga 92 persen dari kebutuhan saat ini yaitu 1.214 MMSCFD.

“Oleh karena itu, BPH Migas perlu mengatur dan fokus menciptakan demand, sedangkan pasokan gas untuk Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan tidak ada masalah,” kata Ifan.

Potensi sumber gas besar

Berdasarkan Neraca Gas Bumi Indonesia 2018-2027, potensi pengembangan sumber gas wilayah Kalimantan masih amat besar.

Pasokan gas bumi di Kalimantan pada 2024 diperkirakan mencapai 2.075,35 - 2.609,49 MMSCFD.

Rinciannya terdiri dari existing 1.388,09 MMSCFD, project on going 26,91 MMSCFD, dan 2 project hulu yang akan first gas in dari Indonesia Deepwater Development (IDD) dan Eni Muara Bakau Ltd sebesar 1.218,20 MMSCFD.

Potensi supply gas bumi juga terdapat di beberapa wilayah kerja (WK) eksploitasi sekitar Natuna, seperti WK Kakap, WK blok A, WK Natuna Sea B, dan WK Duyung.

Baca juga: Atasi Defisit Perdagangan 2020, BPH Migas Siapkan Sejumlah Langkah

Terlebih, terdapat potensi kelebihan pasokan gas bumi sebanyak 40 kargo LNG (gas alam cair) hingga tahun 2025 yang belum ada pembelinya (uncommited) sebesar 116.769,6 MMSCF (53,317 MMSCFD) atau setara 266,585 MW.

Potensi tersebut berasal dari dua fasilitas gas utama Indonesia, LNG Tangguh dan Bontang.

Tak cuma itu, berdasarkan Neraca Gas Bumi tahun 2018 – 2027, terdapat potensi pasokan gas bumi di Kalimantan Timur mencapai 400 sampai 1.600 MMSCFD. 

Melihat potensi kebutuhan Gas Bumi di Kalimantan Barat tersebut, diperlukan adanya kepastian pasokan gas bumi, pengembangan pasar LNG, pengembangan Wilayah Jaringan Distribusi (WJD), untuk disambungkan melalui pipa transmisi setelah WJD berkembang.

Pengembangan tersebut akan mendukung peningkatan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Demand gas dari PLN dan industri

Demand gas bumi di Kalimantan juga diperkiarakan datang dari sektor industri kelistrikan.

Berdasarkan data Rencana Umum Kelistrikan Nasional (RUKN) tahun 2019 – 2038, kapasitas pembangkit listrik PLTD dan PLTU Batubara di Provinsi Kalimantan Barat adalah 437 MW.

Dengan kapasitas tersebut, apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan konversi bahan bakar pembangkit dari batubara dan BBM menjadi Gas Bumi, diperkirakan pasokan gas bumi yang dibutuhkan sebesar 87,4 MMSCFD

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengatakan, sejak 3 tahun terakhir PT PLN (Persero) membeli listrik dari Malaysia sebesar 170 Mega Watt dengan harga Rp. 1.050/kwh.

Untuk menggantikan konsumsi listrik yang dibeli dari Malaysia, PLN berencana membangun dua pembangkit listrik di Pontianak yaitu PLTU dengan daya sebesar 100 MW, dan PLTG dengan daya sebesar 100 MW.

Baca juga: Pantau Sistem Kelistrikan di Seluruh Indonesia, PLN Bangun P2IS

Hal tersebut berpotensi menambah jumlah kebutuhan gas bumi untuk daerah Kalimantan Barat.

Sementara itu, potensi kebutuhan gas bumi juga datang dari sektor Industri.

Rencana pengembangan Kawasan Industri Landak dan Ketapang serta industri lain di Kalimantan Barat diperkirakan membutuhkan pembangkit listrik sebesar 592 MW.

Nah, apabila menggunakan pembangkit listrik berbasis gas bumi, maka potensi demand akan sebesar 118,4 MMSCFD.

Potensi demand pemanfaatan gas bumi di Kalimantan berasal dari banyaknya industri dan pembangkit listrik yang menggunakan batubara dan BBM jenis Solar.

Berdasarkan informasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Mempawah, saat ini PT Pengembang Pelabuhan Indonesia sedang mengembangkan Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak dengan luas kurang lebih 1.350 Ha.

Diperkirakan, pelabuhan tersebut membutuhkan pembangkit listrik sebesar 8,3 MW atau setara potensi demand gas bumi sebesar 1,7 MMSCFD.

Pemerintah Kabupaten Mempawah pun mengusulkan kepada Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, untuk mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sungai Kunyit di lahan seluas kurang lebih 5.000 Ha.

Diperkirakan, dalam pengembangan KEK tersebut dibutuhkan pembangkit sebesar 310 MW atau sebanding dengan potensi demand gas bumi sebesar 62 MMSCFD.

Baca juga: Gas Bumi Indonesia Jauh Lebih Murah Dibanding Singapura dan China

Demand gas juga bisa datang dari aktivitas PT Indonesia Asahan Aluminum (Persero) atau Inalum dengan PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI).

Kedua perusahaan ini melakukan pencanangan pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery, di Desa Bukit Batu Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

Smelter tersebut diperkirakan membutuhkan pasokan listrik sebesar 75 MW, atau sebanding dengan potensi gas bumi sebesar 15 MMSCFD.

Di sektor Industri sendiri, berdasarkan realisasi volume solar non subsidi yang telah diverifikasi BPH Migas tahun 2018 sebesar 535.534 kiloliter (KL). Volume tersebut setara dengan potensi demand gas bumi sebesar 49,8 MMSCFD.

Total potensi demand gas bumi Kalimantan Barat yang ada saat ini diperkirakan mencapai 334,3 MMSCFD.

Tantangan peningkatan pemanfaatan gas

Untuk mencapai target peningkatan pemanfaatan gas bumi di Kalimantan, terdapat tantangan yang akan dihadapi.

Tantangan tersebut meliputi harga gas bumi yang lebih mahal dibanding batubara, dan kebijakan target bauran energi yang lebih memihak peningkatan pemanfaatan batubara untuk kepentingan dalam negeri.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Badan Pengatur mengusulkan beberapa saran yaitu, evaluasi dan penyusunan kebijakan terkait Domestic Market Obligation (DMO) gas bumi.

Kemudian mengutamakan penggunaan gas bumi untuk industri berbasis solar dan batubara, perencanaan peningkatan penggunaan gas bumi 5 - 10 tahun ke depan, serta transparansi struktur biaya produksi gas bumi di sektor hulu migas.

Saat ini, pemerintah melalui Kementerian Bappenas sedang melakukan pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.

Baca juga: DPR Sebut Perluasan Penggunaan Gas Bumi Bakal Hemat Subsidi Energi

Rencana pembangunan tersebut akan menjadi acuan pembangunan nasional selama lima tahun ke depan, di mana salah satu major project yang diusulkan adalah pembangunan Ruas Pipa Tansmisi Gas Bumi Trans Kalimantan.

Pembangunan infrastruktur energi menjadi hal yang penting karena dapat membuat roda perekonomian berjalan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

Kemudian membantu pemerintah dalam pemenuhan energi dan pemanfaatan gas bumi, meningkatkan kemampuan distribusi gas bumi ke seluruh wilayah Kalimantan, dan mewujudkan Kalimantan menjadi kawasan Green Energy.

Moeldoko mengatakan, pembangunan Pipa Gas Trans Kalimantan dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Salah satu indikatornya adalah terwujudnya keadilan energi dan keadilan wilayah terutama Kalimantan yang telah memberikan konstribusi besar pada sektor energi untuk NKRI,” kata Moeldoko.

Saat ini, data BPH Migas menunjukkan, panjang pipa hilir gas bumi di Kalimantan hanya sekitar 702,38 km atau 4,94 persen dari total panjang pipa gas hilir di Indonesia yaitu 14.223,79 km.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com