Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rhenald Kasali: Sistem Bakar Uang Startup Sesuatu yang Sangat Wajar

Kompas.com - 04/12/2019, 08:42 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Akademisi dan Guru besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali menilai sistem bakar uang yang kerap terjadi pada bisnis startup merupakan hal yang biasa.

Menurutnya, hal tersebut dilakukan perusahaan pemula untuk mencari ekosistemnya. Ini juga bisa dikatakan sebuah bentuk promosi yang menjaring masyarakat untuk berkontribusi.

"Sistem bakar uang itu adalah sesuatu yang sangat wajar, ketika usaha baru masuk ke pasar, pengusaha pasti akan bakar uang," kata Rhenald kepada Kompas.com, Selasa (3/12/2019).

Rhenald menyebut, hal ini muncul kala venture capitalist mulai masuk untuk berinvestasi pada dunia startup. Keinginan untuk mendapatkan ekosistem dengan memanfaatkan riset kebutuhan pasar, maka konsep bakar uang dilakukan oleh perusahaan startup secara tepat sasaran.

Baca juga: Orang Berduit Bakar Uang, Apa Salahnya?

Misalkan saja pemberian gratis ongkos kirim, tarif telepon super murah dan banyak lagi promo-promo yang pada dasarnya menjaring ekosistem. Menurut Rhenald ini merupakan sistem iklan masa kini, dengan orientasi menarik minat konsumen.

"Dengan masuknya venture capitalist, mereka punya potensi untuk bakar uang. Selama satu pemain bakar uang, maka akan ada perang harga (dengan kopetitor)," ungkapnya.

Ketika investor ingin memperluas jumlah ekosistem dan customer-nya maka mereka akan memurahkan harga dan mensubsidi pasar.

Baca juga: Start-Up Gemar Bakar Duit, Sehatkah Untuk Keberlanjutan Perusahaan?

Sistem bakar uang ini tetap akan dilakukan perusahaan dalam mengimbangi keuntungan dari kompetitornya. Hal ini dilakukan untuk menjaga sekaligus menarik konsumen untuk masuk dalam ekosistem.

"Ketika muncul investor baru yang bakar uang untuk dapat ekosistem. Maka investor lama juga harus mengimbangi dengan mendelusi sahamnya dan mencari investor lagi," jelasnya.

Bakar uang terus terjadi hingga perusahaan-perusahaan dengan model bisnis sama mencapai titik kejenuhan masing-masing yang artinya, harga konsumen akan berada dalam batas normal.

"Ketika mereka sadar audah tidak ada lagi buang yang harus dibakar, maka akan kembali ke titik normal," ungkapnya.

Baca juga: Mochtar Riyadi: Kami Terus Bakar Uang di OVO, Mana Kuat...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com