JAKARTA, KOMPAS.com - Akademisi dan Guru besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali menilai sistem bakar uang yang kerap terjadi pada bisnis startup merupakan hal yang biasa.
Menurutnya, hal tersebut dilakukan perusahaan pemula untuk mencari ekosistemnya. Ini juga bisa dikatakan sebuah bentuk promosi yang menjaring masyarakat untuk berkontribusi.
"Sistem bakar uang itu adalah sesuatu yang sangat wajar, ketika usaha baru masuk ke pasar, pengusaha pasti akan bakar uang," kata Rhenald kepada Kompas.com, Selasa (3/12/2019).
Rhenald menyebut, hal ini muncul kala venture capitalist mulai masuk untuk berinvestasi pada dunia startup. Keinginan untuk mendapatkan ekosistem dengan memanfaatkan riset kebutuhan pasar, maka konsep bakar uang dilakukan oleh perusahaan startup secara tepat sasaran.
Baca juga: Orang Berduit Bakar Uang, Apa Salahnya?
Misalkan saja pemberian gratis ongkos kirim, tarif telepon super murah dan banyak lagi promo-promo yang pada dasarnya menjaring ekosistem. Menurut Rhenald ini merupakan sistem iklan masa kini, dengan orientasi menarik minat konsumen.
"Dengan masuknya venture capitalist, mereka punya potensi untuk bakar uang. Selama satu pemain bakar uang, maka akan ada perang harga (dengan kopetitor)," ungkapnya.
Ketika investor ingin memperluas jumlah ekosistem dan customer-nya maka mereka akan memurahkan harga dan mensubsidi pasar.
Baca juga: Start-Up Gemar Bakar Duit, Sehatkah Untuk Keberlanjutan Perusahaan?
Sistem bakar uang ini tetap akan dilakukan perusahaan dalam mengimbangi keuntungan dari kompetitornya. Hal ini dilakukan untuk menjaga sekaligus menarik konsumen untuk masuk dalam ekosistem.
"Ketika muncul investor baru yang bakar uang untuk dapat ekosistem. Maka investor lama juga harus mengimbangi dengan mendelusi sahamnya dan mencari investor lagi," jelasnya.
Bakar uang terus terjadi hingga perusahaan-perusahaan dengan model bisnis sama mencapai titik kejenuhan masing-masing yang artinya, harga konsumen akan berada dalam batas normal.
"Ketika mereka sadar audah tidak ada lagi buang yang harus dibakar, maka akan kembali ke titik normal," ungkapnya.
Baca juga: Mochtar Riyadi: Kami Terus Bakar Uang di OVO, Mana Kuat...
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.