Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lippo Tak Tahan Bakar Duit untuk Startup, Bagaimana Cara yang Seharusnya Ditempuh?

Kompas.com - 04/12/2019, 13:08 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum genap sebulan melepas saham dompet digital OVO, Lippo Group kini juga melepas saham perusahaan penyedia internet dan TV kabel, First Media. Hal ini membuat publik bertanya-tanya, ada apa dengan kondisi industri nasional?

Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali menilai, saat ini Lippo sedang mempelajari dunia baru untuk mengeksplorasi dunia bisnis baru, utamanya dunia digital. Namun demikian, Lippo masih menggunakan cara lama untuk menjalankan bisnis baru tersebut.

"Sekarang ini pemain lama sedang bertarung untuk memahami dunia baru ini. Mereka mencoba belajar menaruh kaki satu tapi masalahnya mereka pakai cara lama," kata Rheinald kepada Kompas.com, Selasa (3/12/2019).

Seperti diketahui, Lippo Group merupakan perusahaan besar yang masuk ke berbagai lini bisnis dalam pasar konvensional. Namun, grup ini memiliki sejumlah portofolio bisnis digital, di mana di antaranya adalah Matahari Mall dan OVO.

Baca juga : Rhenald Kasali: Sistem Bakar Uang Startup Sesuatu yang Sangat Wajar

"Kalau ada perusahaan punya kepemilikan saham 50 persen di sebuah startups, itu artinya pemain lama. Jadi tidak boleh dikuasai dan tidak boleh menjadi pemegang saham mayoritas. Rata-rata orang yang punya saham di Gojek atau Grab itu 3 persen, 5 persen dan jika sampai 7 persen itu sudah besar sekali," ujarnya.

Rhenald menjelaskan masih ada dua jenis pemain bisnis yang berbeda yakni new power dan old power. Lippo merupakan pemain bisnis lama yang menggunakan sistem usaha Brick and Mortar (proses penjualan atau sistem bisnis outlet).

Sementara bisnis-bisnis startup yang tumbuh seperti Bukalapak, Tokopedia dan Gojek merupakan new power yang memiliki model bisnis berbeda.

"Model Tokopedia dan Bukalapak itu new power model yang memiliki light asset. Sama halnya dengan Alibaba yang benar-bener pemain baru yang dasarnya light aset," jelasnya.

DNA Bisnis Offline

Rhenald menjelaskan, Lippo adalah pemain yang dibesarkan di dunia offline, dengan DNA bisnisnya adalah Brick and Mortar. DNA tersebut tidak memungkinkan perusahaan untuk melakukan bakar duit. 

"Karena yang dilihat mereka itu bottom line, nah sementara bukalapak dan tokopedia adalah new power" jelasnya.

Rhenald menyebut, jika memang ingin mencoba keberuntungan di dunia startup, maka ada baiknya jika Lippo menggunakan sistem investasi venture capitalist. Nanti ada saatnya mereka akan bisa menjual kembali kepada yang lain lagi, di tempat lain.

"Lippo berawal dari dunia property dan bank. Tiba-tiba masuk ke dunia digital, dan ketika masuk ke dunia digital pasti ada kesalahan-kesalahan karena yang dilakukan bukan melakukan modernisasi seperti apa yang dilakukan seperti gojek dan Tokopedia," ungkap Rhenald.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Beredar Pesan WA, UMKM Tak Jalan Tanpa TikTok, Menteri Bahlil: Jangan Adu Domba Bangsa Ini

Beredar Pesan WA, UMKM Tak Jalan Tanpa TikTok, Menteri Bahlil: Jangan Adu Domba Bangsa Ini

Whats New
Dekadensi Depedensi Dollar AS

Dekadensi Depedensi Dollar AS

Whats New
Cara Meminimalkan Risiko Hukum bagi Perusahaan dalam Kasus Kebocoran Data Pribadi

Cara Meminimalkan Risiko Hukum bagi Perusahaan dalam Kasus Kebocoran Data Pribadi

Whats New
Peresmian Kereta Cepat Whoosh Mundur Jadi 2 Oktober 2023

Peresmian Kereta Cepat Whoosh Mundur Jadi 2 Oktober 2023

Whats New
[POPULER MONEY] Diskon Tiket KAI Expo 2023 untuk 55 KA | 'Seller' Barang Impor di 'E-commerce' Wajib Punya Dokumen Importasi

[POPULER MONEY] Diskon Tiket KAI Expo 2023 untuk 55 KA | "Seller" Barang Impor di "E-commerce" Wajib Punya Dokumen Importasi

Whats New
Harga Paket Internet Biznet Bulanan dan Tahunan Semua Daerah

Harga Paket Internet Biznet Bulanan dan Tahunan Semua Daerah

Spend Smart
Berapa Gaji yang Diterima Presiden Amerika Serikat?

Berapa Gaji yang Diterima Presiden Amerika Serikat?

Whats New
Hari Libur Maulid Nabi, KAI Catat Lonjakan Penumpang Capai 50 Persen

Hari Libur Maulid Nabi, KAI Catat Lonjakan Penumpang Capai 50 Persen

Whats New
Mendag Ancam Blokir Social Commerce yang Ngeyel

Mendag Ancam Blokir Social Commerce yang Ngeyel

Whats New
Pedagang Tanah Abang Keluhkan Harga di TikTok Shop Jauh Lebih Murah, Ini Kata Mendag

Pedagang Tanah Abang Keluhkan Harga di TikTok Shop Jauh Lebih Murah, Ini Kata Mendag

Whats New
Pemerintah Bakal Blokir Media Sosial yang Pertahankan Fitur Jualan Setelah 2 Kali Peringatan

Pemerintah Bakal Blokir Media Sosial yang Pertahankan Fitur Jualan Setelah 2 Kali Peringatan

Whats New
Menteri Bahlil Bakal Tindak Tegas TikTok jika Tidak Ikuti Aturan

Menteri Bahlil Bakal Tindak Tegas TikTok jika Tidak Ikuti Aturan

Whats New
Permendag 31 Tahun 2023 Disahkan, Ini Tanggapan Shopee

Permendag 31 Tahun 2023 Disahkan, Ini Tanggapan Shopee

Whats New
Potensi Pasar Kendaraan Listrik RI Besar, Produsen Otomotif Ungkap Alasannya

Potensi Pasar Kendaraan Listrik RI Besar, Produsen Otomotif Ungkap Alasannya

Whats New
Link PDF PPPK 2023 Kementerian PUPR, Usia Pelamar Maksimal 57 Tahun

Link PDF PPPK 2023 Kementerian PUPR, Usia Pelamar Maksimal 57 Tahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com