JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun ini, Forbes kembali merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Budi Hartono dan Michael Hartono masih menempati urutan teratas sebagai orang paling kaya di Indonesia.
Dalam daftar 50 konglomerat Indonesia paling tajir, terdapat dua nama saudara kandung Menteri Kabinet Indonesia Maju.
Mereka adalah Hashim Djojohadikusumo adik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Garibaldi Thohir alias Boy Thohir yang tak lain kakak kandung dari Menteri BUMN Erick Thohir.
Siapa terkaya di antara mereka?
Hashim Djojohadikusumo sudah sejak lama masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Teranyar, pemilik Arsari Group ini menempati posisi ke-40 orang terkaya Indonesia.
Perusahaannya bergerak di berbagai sektor mulai dari kelapa sawit, pertambangan, industri kertas, dan jasa logistik. Kekayaanya tercatat sebesar 800 juta dollar AS atau sekitar Rp 11,2 triliun (kurs Rp 14.000).
Berbeda dengan kakaknya yang terjun ke dunia militer dan politik, Hashim justru lebih memilih membangun usaha sendiri.
Hashim sempat magang di perusahaan ayahnya PT Indoconsult Associates. Setelah itu, dirinya memilih membangun bisnisnya sendiri.
Perusahaan pertama yang didirikannya yakni PT Era Persada. Perusahaan tersebut sempat dijual lantaran ikut terdampak krisis moneter tahun 1998.
Baca juga: Ini Kakek Terkaya Se-Indonesia, Dulunya Jualan Sabun Keliling
Anak bungsu dari begawan ekonomi Sumitro Djojohadikoesoemo dikenal sebagai penyuka barang antik. Selain itu, dia juga melakukan upaya konservasi Harimau Sumatera dengan membangun pusat rehabilitasi di Sumatera Barat.
Saat Prabowo maju ke kontestasi Pemilihan Presiden 2019, Hashim tak setengah-setengah mendukung sang kakak. Dia menjabat sebagai Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Darah bisnis sudah mengalir dalam diri Garibaldi dari ayahnya Muhammad Teddy Thohir, salah satu pendiri Astra.
Pria yang akrab disapa Boy Thohir ini masuk sebagai orang terkaya di Indonesia di urutan ke-17. Total kekayaannya tercatat sebesar 1,6 miliar dollar AS atau setara Rp 22,4 triliun.