BrandzView
Konten ini merupakan kerjasama Kompas.com dengan Sampoerna Retail Community

Toko Kelontong Berbenah, Seperti Ini Wajahnya Sekarang

Kompas.com - 10/12/2019, 08:21 WIB
Aditya Mulyawan,
Sheila Respati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rabu (27/11/2019) pagi, terdengar alunan gamelan dari pelataran lobi penginapan mengiringi kepergian kami.

Saat itu, saya bersama tim Kompas.com bertolak dari penginapan yang ada di pusat kota Yogyakarta menuju Parangtritis, Kabupaten Bantul.

Sepanjang perjalanan, pengemudi yang mengantarkan kami nampaknya sedang menggebu-gebu. Kendaraan kami melesat cepat, meliuk-liuk di tengah padatnya Jalan Raya Parangtritis.

Tak sampai 30 menit perjalanan, kami sudah tiba di pintu gerbang kawasan wisata Parangtritis.

Kami pun menikmati suasana sekitar seiring pengemudi perlahan menurunkan tempo berkendaranya.

“Itu gumuk pasir ada di sebelah kanan,” ujar pengemudi kami seraya mengarahkan tangannya ke Gumuk Pasir Parangkusumo.

Selama perjalanan kami memang sempat membahas gumuk pasir tersebut. Namun padatnya jadwal membuat kami terpaksa,mengurungkan niat untuk mampir sejenak.

Nuansa jalanan di kawasan wisata Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa YogyakartaAdzhahri Ahmad Nuansa jalanan di kawasan wisata Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Beberapa menit setelah melewati pintu masuk, kami tiba di sebuah toko kelontong.

SRC Rukun”, begitu tertulis di papan yang berdiri di depan toko tersebut. Tepat di sampingnya terdapat losmen dengan nama yang sama.

Kami disambut ramah dan dipersilakan duduk oleh seorang pria paruh baya. Dia adalah Purwanto, pemilik toko kelontong SRC Rukun yang ada di Parangtritis, Kabupaten Bantul.

“Toko dan losmen ini sudah berdiri dari tahun 80-an,” kisahnya.

Purwanto bercerita toko kelontong dan losmen tersebut didirikan oleh mertuanya. Sejak menikah pada 2013 silam, dirinya dipercaya untuk mengelola toko kelontong ini.

“Sebelumnya kerja di rental (kendaraan). Terus disuruh berhenti untuk kelola toko, kebetulan mertua juga sudah ingin istirahat, maklum sudah sepuh,” ujarnya.

Meski telah puluhan tahun berdiri, Purwanto berkisah tokonya tidak banyak berkembang.

Menurutnya, berada di kawasan wisata tidak serta merta menjadi jaminan sukses.

“Dulu toko ya begitu saja, tidak banyak renovasi. Stok barang juga terbatas karena (perputaran) uangnya terbatas,” kisahnya.

Namun, pernyataan tersebut sangat berkebalikan dengan apa yang ada di hadapan kami saat itu.

Toko tersebut tampak besar dan luas dibanding toko-toko kelontong pada umumnya. Di dalamnya terdapat tiga lorong dengan ratusan produk yang tertata rapi sesuai dengan kategorinya.

Canangkan RBT

Perkembangan pesat usaha Purwanto ternyata tidak terlepas dari keputusannya untuk bergabung dengan Sampoerna Retail Community (SRC) pada 2017 silam.

“Sebetulnya dari 2013 sudah ditawarkan, tapi ditolak oleh mertua karena katanya merepotkan,” ujarnya.

Toko kelontong SRC Rukung milik Purwanto (40) yang ada di kawasan wisata Parangtritis Adzhahri Ahmad Toko kelontong SRC Rukung milik Purwanto (40) yang ada di kawasan wisata Parangtritis

Namun, penolakan tersebut tidak mengurangi rasa penasaran Purwanto. Perlahan, dirinya mempelajari sepak terjang SRC.

“Pelan-pelan saya pelajari ternyata banyak untungnya, Setelah dijelaskan ke mertua, akhirnya mereka mengerti dan mengizinkan,” lanjutnya.

Setelah bergabung, Purwanto aktif mengikuti pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh SRC. Menurutnya, banyak sekali wawasan yang didapatkan dari pembinaan SRC.

“Paling nempel itu soal menjaga toko agar selalu rapi, bersih, dan nyaman,” ujarnya.

Hal tersebut mendorongnya untuk menggalakkan sebuah program RBT (Rapi, Bersih, Terang) bersama para anggota Paguyuban SRC Yogyakarta.

Program RBT adalah menyediakan waktu selama 30 menit setiap harinya untuk pemilik dan pegawai membersihkan tokonya bersama-sama.

“Kalau toko kami setiap jam 11 siang. Toko lain bisa beda-beda jamnya, karena ramainya setiap toko juga bervariasi. Tergantung keputusan si pemilik (toko) saja,” ujarnya.

Upaya yang dilakukan Purwanto tidak sia-sia. Dua tahun sejak dirinya bergabung SRC, omzetnya meroket hingga lima kali lipat.

“Dulu stok satu sak beras itu habis seminggu, sekarang sehari juga sudah habis. Mie instan juga dulu malah tidak berani stok banyak, sekarang bisa 20-50 karton seminggu,” kisahnya.

Purwanto dan toko kelontongnya yang kian berkembang setelah bergabung dengan SRCAdzhahri Ahmad Purwanto dan toko kelontongnya yang kian berkembang setelah bergabung dengan SRC

Purwanto berpendapat kesuksesan yang diraihnya tidak terlepas dari peran SRC karena menginspirasinya untuk canangkan RBT di toko kelontongnya.

“Kalau tempatnya terang, bersih, dan rapi, konsumen pasti akan nyaman dan terus datang,” tutupnya.

Cerahkan peritel tradisional

Selama ini, citra toko kelontong seringkali dianggap kumuh dan tidak terawat. Hal ini menjadi salah satu penghambat bagi toko kelontong untuk bertahan dan berkembang.

Jika tidak segera berbenah, bukan tidak mungkin toko kelontong akan segera dilupakan oleh orang-orang.

Hal tersebut yang menjadi perhatian SRC sejak 2008 silam.

SRC merupakan program pemberdayaan untuk meningkatkan daya saing serta keunggulan kompetitif bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM), terutama toko-toko kelontong yang ada di Indonesia.

Upaya tersebut dimanifestasikan dalam pendampingan bisnis yang berkelanjutan bagi para toko kelontong binaannya.

Salah satu pendampingan yang diberikan adalah dorongan kepada para pemilik untuk merevitalisasi tampilan toko kelontongnya menjadi lebih rapi, bersih, dan terang.

SRC dorong modernisasi di toko-toko kelontong, bantu hadirkan pilihan transaksi nontunaiKOMPAS.com/Aditya Mulyawan SRC dorong modernisasi di toko-toko kelontong, bantu hadirkan pilihan transaksi nontunai

Memulai kisahnya dengan 57 toko di Medan, saat ini SRC telah menjangkau lebih dari 120.000 mitra retail tradisional yang tersebar di 408 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia.

Selain itu, dukungan modernisasi pun diberikan SRC dengan menghadirkan aplikasi ponsel AYO SRC dan layanan Pojok Bayar sebagai terobosan inovatif dalam memperkuat ekosistem bisnis toko kelontong.

Aplikasi AYO SRC menghubungkan seluruh anggota SRC dengan mitra penyalur dan konsumen sehingga menjadikan proses pengelolaan toko menjadi lebih efisien dan efektif.

Sementara itu, layanan Pojok Bayar adalah sarana yang memudahkan para konsumen toko kelontong SRC dalam melakukan transaksi produk digital seperti pulsa, paket data internet dan pembayaran listrik.

SRC juga menyediakan wadah khusus untuk mendukung pertumbuhan produk UKM sekitar lingkungan SRC lewat Pojok Lokal. Pojok Lokal adalah “ruang” berupa rak yang dikhususkan untuk produk-produk UKM lokal.

Rak Pojok Lokal sebagai bentuk dukungan SRC terhadap UKM lokal yang ada di sekitar toko-toko kelontong SRCAdzhahri Ahmad Rak Pojok Lokal sebagai bentuk dukungan SRC terhadap UKM lokal yang ada di sekitar toko-toko kelontong SRC

Melalui Pojok Lokal, SRC membantu pelaku UKM dari segala lapisan masyarakat sehingga dapat turut berperan dalam mewujudkan perekonomian yang lebih baik.

Berbagai upaya yang dilakukan untuk memajukan toko kelontong tentunya perlu disambut baik, mengingat UKM memiliki peran penting dalam roda perekonomian Indonesia.

Kita dapat turut berpartisipasi dalam melestarikan dan mendorong geliat UKM di Indonesia dengan mulai kembali berbelanja di toko-toko kelontong di sekitar kita.


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com