Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Eropa Kenakan Tarif hingga 18 Persen untuk Biodiesel Indonesia

Kompas.com - 10/12/2019, 11:32 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

BRUSSEL, KOMPAS.com - Uni Eropa resmi menerapkan tarif atau bea masuk untuk produk biodiesel dari Indonesia. Bea masuk yang berlaku lima tahun tersebut diterapkan untuk untuk melawan dugaan subsidi yang diberikan kepada produsen bahan bakar sawit di Indonesia.

Dikutip dari Bloomberg, Selasa (10/12/2019), langkah tersebut bakal memicu pemerintah RI melakukan aksi balasan.

Besaran bea masuk yang bakal diberlakukan untuk para eksportir biodiesel asal Indonesia cukup beragam, yaitu di kisaran 8 persen hingga 18 persen.

Komisi Eropa pada Senin (9/12/2019) mengungkapkan, pungutan tersebut berdasarkan hasil penyelidikan UE terhadap klaim oleh industri biodiesel Eropa yang mengatakan pemerintah Indonesia memberikan subsidi kepada perusahaan seperti PT Ciliandra Perkasa, PT Wilmar Bioenergi Indonesia dan PT Musim Mas.

Baca juga: Masa Depan Industri Kelapa Sawit RI Ada di Tangan Milenial

Adapun pasar biodiesel UE bernilai 9 miliar euro (10 miliar dollar AS) setahun.

Komisi tersebut menilai, subsidi ekspor yang diberikan pemerintah Indonesia kepada para pengusaha menyebabkan ancaman cedera material pada industri

Bea masuk tersebut berlaku mulai hari ini dengan besaran yang sama seperti diperkenalkan oleh Komisi Eropa Agustus lalu.

Bea impor dengan masa berlaku hingga lima tahun tersebut adalah putaran terakhir dalam perselisihan perdagangan UE yang sudah berjalan lama dengan Indonesia terkait biodiesel.

Pemberlakuan tarif merupakan langkah lanjutan untuk melindungi perusahaan biodiesel setenpat seperi Verbio Vereinigte BioEnergie A.

Langkah tersebut juga bentuk balasan atas tantangan Indonesia yang berhasil melawan bea masuk anti-dumping, yang telah diperkenalkan pada 2013, di Organisasi Perdagangan Dunia dan di pengadilan UE.

Baca juga: Jegal CPO, Uni Eropa Dinilai Kurang Update

Tarif yang diberlakukan Uni Eropa bervariasi tergantung pada produsen Indonesia. Levelnya adalah 8 persen untuk Ciliandra Perkasa, 15,7 persen untuk Grup Wilmar, 16,3 persen untuk Grup Musim Mas dan 18 persen untuk Grup Permata dan semua eksportir biodiesel Indonesia lainnya.

Sebagai informasi Komisi Eropa menyatakan dalam 12 bulan hingga September 2018 tercatat pangsa pasar dari gabungan eksportir Indonesia untuk biodiesel UE naik menjadi 3,3 persen atau 516.088 metrik ton, dari 0,2 persen pada 2017 dan 0,3 persen pada 2016,

Ketegangan perdagangan energi terbarukan antara Eropa dan Indonesia juga telah meningkat sebagai akibat keputusan Uni Eropa yang secara terpisah sempat menyatakan membatasi jenis biofuel dari minyak kelapa sawit. Di Indonesia, minyak sawit adalah bahan baku utama untuk membuat biodiesel.

Selain itu, kedua belah pihak pun saling memperdebatkan masalah perdagangan baja. UE telah mengeluhkan kepada WTO tentang pembatasan ekspor Indonesia pada bahan baku termasuk nikel yang merupakan bahan baku stainless steel dan mengancam akan memberlakukan tarif untuk produk flat rolled stainless steel asal Indonesia untuk melawan dugaan subsidi dan penjualan di bawah harga di rata-rata pasar.

Baca juga: Jokowi: Daripada CPO Didiskriminasi Uni Eropa, Lebih Baik Dipakai Sendiri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com