Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Panjang Garuda Indonesia yang Pernah Rajai Langit Asia

Kompas.com - 10/12/2019, 12:32 WIB
Muhammad Idris,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Isu tak sedap seolah belum reda menerpa PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) dalam sepekan terakhir. Bersih-bersih maskapai flag carrier ini tengah dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir.

Usia perusahaan ini nyaris sama dengan umur berdirinya republik ini. Sejarah Garuda tak bisa dilepaskan dari masa perang kemerdekaan, saat rakyat Aceh sukarela menyumbangkan hartanya untuk pembelian pesawat pertama Garuda, Dakota RI-001 Seulawah.

Dalam beberapa dekade sejak orde lama, Garuda Indonesia mengalami pasang surut bisnis seiring pergantian penguasa.

Seperti diberitakan Harian Kompas, 26 Januari 1999, Garuda Indonesia sempat menikmati kejayaannya di tahun 1980-an.

Armada Garuda Indonesian Airways waktu itu mencapai 79 pesawat, menjadikan Garuda sebagai maskapai penerbangan terbesar di belahan bumi selatan dan kedua di Asia setelah Japan Air Lines.

Baca juga: Cerita Garuda yang Pernah Nyaris Bangkrut

Butuh waktu bertahun-tahun membangun reputasi tersebut. Tidak lain dibangun dengan kredibilitas dan pemupukan modal yang saat itu susah payah dibangun Direktur Utama Garuda Wiweko Soepono yang menjabat tahun 1968-1984.

Saat itu, Wiweko merombak habis-habisan Garuda. Tindakannya ini sangat tidak populer dan kecaman datang dari segala penjuru, namun ia tidak peduli dan terus melabrak setiap usaha yang menghalangi tugasnya menyehatkan perusahaan yang dipercayakan oleh pemerintah.

Pada awal kepemimpinannya, otoritas dipusatkan di tangannya tetapi kemudian Wiweko membatasi kegiatannya hanya pada masalah strategis.

Wiweko disebut-sebut jadi satu-satunya dirut yang sering berdialog dengan para penerbang dan teknisi, yang mau turun ke lapangan sampai ke bengkel pesawat hingga menerbangkan penumpangnya sendiri.

Gaya kepemimpinannya dikritik terlalu otoriter dan tidak transparan, namun di sisi lain transparansi itu dituangkan dalam buku laporan tahunan alias annual report.

"Perusahaan model yang diperlukan, bahkan merupakan suatu tuntutan di negara yang sedang membangun seperti Indonesia ini, adalah perusahaan yang mampu untuk selalu meningkatkan daya pemupukan modal. Selain modal ini diperlukan untuk membangun, sekaligus juga untuk mengejar ketinggalan," kata Wiweko kala itu.

Ia melangkah lebih jauh lagi dan berhasil membawa Garuda memasuki pasar modal internasional, ditandai dengan pemberian pinjaman komersial oleh sebuah konsorsium bank yang dipimpin oleh The Chase Manhattan Bank untuk pembelian sebuah pesawat DC-9 pada tahun 1972.

Pinjaman tersebut sejak awal hingga akhir ditangani langsung oleh Garuda sendiri, tanpa jaminan pemerintah orde baru. Sebagai jaminan atas pinjaman tersebut adalah DC-9 yang dibelinya.

Baca juga: Sisi Lain Ari Askhara, Dirut yang Janjikan Karyawan Bisa Happy

Langkah ini merupakan awal ekspansi Garuda hingga kemudian dengan bekal kredibilitas dan kiat pemupukan modal, membangun armada Garuda dengan nilai 1,2 miliar dollar AS.

Dua unsur dasar itu diperoleh Wiweko dari pengalaman zaman perjuangan 1949 dengan Indonesian Airways di Burma (Myanmar).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com