Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Saham Baru Harganya Mentok Gocap, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 16/12/2019, 06:08 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 11 saham perusahaan yang baru melantai pada 2016-2019 masuk dalam kategori saham gocap alias mentok di harga terbawah Rp 50 per saham pada Jumat (13/12/2019).

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, saham-saham yang bisa turun sampai level gocap alias Rp 50 per saham memang memiliki fundamental yang kurang baik.

Menurut dia, perusahaan yang baru saja melantai dan sudah masuk saham gocap rata-rata merupakan perusahaan yang baru saja berdiri dan memiliki bisnis yang tidak jelas.

"Karena nama perusahaan juga kita baru dengar. Termasuk ini banyak yang turun perusahaan properti, sedangkan kita tahu properti sedang jelek, tidak hanya yang baru, tetapi juga perusahaan properti yang sudah ada seperti BSDE dan APLN kinerjanya masih turun," sebut Teguh seperti dikutip dari Kontan.co.id, Senin (16/12/2019).

Setidaknya empat perusahaan yang melantai pada tahun ini sudah masuk di saham gocap yaitu PT Capri Nusa Satu Tbk (CPRI), PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA), PT Hotel Fitra Tbk (FITT), dan PT Bhakti Agung Propertindo Tbk (BAPI). Saham tersebut rata-rata bergerak di sektor properti.

Baca juga: Mengintip Para Pemilik Saham Garuda Indonesia

Ambil contoh, pada laporan keuangan kuartal III-2019 CPRI masih membukukan rugi bersih Rp 13,63 miliar, padahal perusahaan hanya membukukan pendapatan sebesar Rp 2,36 miliar.

Selain itu, utang CPRI tercatat mencapai Rp 45,87 miliar dengan ekuitas sebesar Rp 194,05 miliar. Adapun kas dan setara kas perusahaan hanya Rp 5,09 miliar.

Bandingkan dengan kondisi keuangan kuartal III-2018 yang membukukan rugi bersih Rp 43,54 miliar dan mengantongi pendapatan Rp 1,42 miliar. Utang CPRI pada kuartal III-2018 tercatat mencapai Rp 32 miliar dengan ekuitas sebesar Rp 126,63 miliar. Adapun kas dan setara kas perusahaan tercatat 5,07 miliar.

"Memang properti sedang jelek, tetapi mereka bisa IPO, itu pertanyaannya," jelas Teguh.

Baca juga: Ini Cara Warren Buffett dalam Memilih Saham

Menurut Teguh, Bursa Efek Indonesia (BEI) banyak memberikan produk jelek. Sepanjang tahun ini sudah ada 52 perusahaan yang melantai dan masih ada beberapa perusahaan yang akan melantai di tahun ini. Apabila jumlah perusahaan yang melantai hingga akhir tahun lebih dari 54 maka jumlah ini menjadi rekor yang terbanyak.

"Padahal sebenarnya properti turun, batubara turun, sawit belum naik. Secara umum belum ada sektor yang menarik saat ini. Pokoknya sebanyak mungkin, siapapun yang mau IPO silakan," ujar Teguh.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com