Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Sultra Khawatirkan Kebijakan Edhy Buka Ekspor Benih Lobster

Kompas.com - 16/12/2019, 11:38 WIB
Muhammad Idris,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah nelayan di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, mengkhawatirkan sulitnya pasokan benih lobster jika pemerintah kembali membuka ekspor benur.

Diberitakan Harian Kompas 16 Desember 2019, nelayan Konawe sangat mengandalkan suplai bibit lobster dari luar daerah, itu pun dengan harga selangit.

”Kalau nanti jadi membuka keran ekspor benih lobster, pasti bibit makin susah dan bisa jadi semakin mahal. Harga lobster di pasar juga akan semakin murah,” kata Ketua Kelompok Nelayan Bintang Fajar, Bahar.

Tahun ini, nelayan Soropia membeli bibit lobster Rp 600.000 per kilogram termasuk pengiriman. Isinya rata-rata lima ekor dengan berat 2 ons.

”Tahun ini, saya keluarkan modal Rp 36 juta untuk bibit saja,” kata Bahar.

Baca juga: Dilema Edhy, Larang Ekspor Benih Lobster dan Maraknya Penyelundupan

Akibat tingginya harga benih lobster dan ketiadaan bantuan pemerintah, nelayan harus utang tiap masa panen. Hal serupa dialami 11 nelayan lain di Kelompok Nelayan Bintang Fajar.

Hisyam, nelayan lain, mengatakan, ia mengeluarkan modal Rp 18 juta untuk 30 kg bibit lobster. Bibit ia rawat lebih kurang 10 bulan sebelum dijual.

Akan tetapi, ada risiko mematikan penyakit lobster budidaya.

”Sudah bibit mahal, kalau kena virus langsung mati. Kami perlu perhatian pemerintah untuk ini,” katanya.

Menurut Bahar, nelayan harus mengambil kredit bank untuk membiayai pengadaan benih lobster setiap tahun. Untuk tahun 2020, Bahar telah mengajukan kredit pinjaman Rp 40 juta untuk pembelian bibit di sembilan petak keramba.

Ayah dua anak itu bisa melunasi pinjaman dari penjualan lobster yang cukup baik setiap tahun. November lalu, ia bisa untung Rp 50 juta. Tahun ini lebih baik dari sebelumnya.

Minta Bantuan

Kepala Desa Soropia Kaharuddin mengatakan, budidaya lobster jadi salah satu andalan perekonomian warga Soropia. Ada dua kelompok memanfaatkan potensi geografis desa.

”Di sini ada teluk yang cocok untuk budidaya lobster. Tetapi, program pemerintah baru ada bantuan untuk keramba apung. Benihnya kurang,” katanya.

Enam tahun membudidaya lobster, Bahar belum pernah dapat bantuan bibit dari pemerintah. Ia beberapa kali mengajukan bantuan secara personal ataupun kelembagaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com