Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Komisi VI DPR Cium Ada 'Pencuri' di Jiwasraya

Kompas.com - 16/12/2019, 19:32 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi VI dari fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Daeng Muhammad mencium adanya 'pencuri' dalam kasus Jiwasraya. Hal ini diungkapkan Daeng dalam rapat komisi VI DPR RI bersama Jiwasraya siang ini, Senin (16/12/2019).

"Prinsip dasarnya saya ingin Komisi VI bersepakat nanti akan memperdalam ini sebagai rekomendasi, bukan hanya penyelesaian penyelamatan terhadap uang nasabah tapi juga bagaimana rekomendasi terhadap pelaku-pelaku pencurian di Jiwasraya. Supaya ada penjeraan," kata Daeng.

Daeng menyebut, Jiwasraya mengeluarkan produk-produk 'plus-plus' yang dijual melalaui 9 bank swasta dan 2 bank BUMN. Hal ini dinilai merupakan hal yang diluar kebiasaan perusahaan asuransi.

"Produk ini menjanjikan sesuatu yang plus-plus (bahasa saya), yang di luar kebiasaan jualan asuransi. Jadi ada produk yang dijual yang di luar kebiasaan asuransi dan saya pikir ini keputusan yang dilakukan oleh perusahaan tidak secara tiba-tiba," jelaanya.

Ia menilai ada pertimbangan dan rapat direksi dan komisaris terkait produk tersebut. Namun, dsisi lain ia menyebut, sebuah produk yang akan dikeluarkan pastilah menimbang manfaat dan untung ruginya. Namun, ini nampaknya tak berlaku bagi Jiwasraya.

Baca juga: Gagal Bayar Polis, Jiwasraya Tawarkan 2 Hal Ini untuk Nasabah

"Tapi kalau produk ini dibahas dan dipertimbangkan lewat rapat oleh para direksi Jiwasraya dan komisaris pada waktu itu, saya jujur saja bertanya besar. Ada apa sebetulnya produk yang bermasalah dijual untuk narik duit nasabah. Ini yang perlu didalami sebetulnya," tambahnya.

Hexana Tri Sasongko yang menjabat per tahun 2018 sebagai direktur utama Jiwasraya menyebut beberapa kesalahan Jiwasraya yang membuat perusahaan diambang kehancuran yakni produk yang dijual adalah produk bermasalah dengan imbal hasil yang tidak sebanding.

Maka dari itu, ia berkomitmen untuk menyelamatkan perusahaan yang kini sedang kolaps.

"Produk ini memang yang bermasalah dimana ketika produk ini diluncurkan perlu modal tinggi, namun imbal hasil yang diperolah tidak sebanding. Di sisi liability berbiaya tinggi, sedangkan di sisi lain biaya premi sangat jauh dari prinsip kehati-hatian," ungkap Hexana.

Di samping itu hasil audit BPK terkait dengan kondisi finanasial Jiwasraya tahun 2017, diperoleh hasil tidak wajar atau adverse. Hal ini dikarenakan ad pos - pos yang tidak sesuai dengan standar yang seharusnya.

Namun Jiwasraya mengaku masih memperoleh pendapatan dari anak usaha lainnya yang bermain pada bisnis yang normal saat ini.

"Masih ada normal bisnis yang berjalan ya dan kita reorentasi produk kita pada produk yang relatif terkontrol. kita tidak menjual produk-produk yang super promision lagi," ungkap Hexana.

Adapun 4 opsi yang bakal jadi penyelamat Jiwasraya termasuk wacana suntikan dana Rp 32 triliun dari pemerintah, menarik investor yang dikabrkan satu dari dalam negeri dan empat dari asing. Namun Hexana masih bungkam lantaran ini merupakan coorporate action yang menjadi rahasia perusahaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Work Smart
BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Spend Smart
SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

Whats New
Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com