Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Bambang Hartono, Pemilik BCA yang Jadi Nasabah BRI

Kompas.com - 22/12/2019, 13:27 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bambang Hartono, beberapa hari belakangan jadi sumber kehebohan di dunia maya. Orang terkaya di Indonesia ini kedapatan sedang makan di warung sederhana yang menjual tahu pong.

Bambang bersama saudaranya, Budi Hartono, dinobatkan Forbes jadi orang terkaya di Indonesia dengan harta mencapai 37 miliar dollar AS atau setara Rp 522,2 triliun.

Kedua bersaudara ini menempati posisi teratas konglomerat paling kaya di Indonesia selama 11 tahun berturut-turut.

Sumber kekayaan terbesarnya berasal dari kepemilikan pada Bank BCA dan perusahaan rokok Djarum.

Kenaikan saham bank swasta terbesar di Indonesia ini mendorong kenaikan kekayaan mereka yang saat ini mencapai 37 miliar dollar AS atau setara Rp 522,2 triliun.

Hartono bersaudara menguasai mayoritas saham BCA dengan porsi kepemilikan mencapai 54,94%.

Baca juga: Viral Foto Orang Terkaya di Indonesia Makan di Warung, Berikut Faktanya

Yang menarik, meski merupakan pemilik BCA, Bambang rupanya tercatat sebagai nasabah Bank BRI.

Asal tahu, Bambang merupakan salah satu atlet yang ikut bertanding saat Asian Games 2018 di Jakarta. Dia mewakili kontingen Indonesia untuk cabang olahraga Bridge.

Keikutsertaannya dalam cabang olahraga Bridge sekaligus menempatkannya sebagai atlet dengan usia tertua di Asian Games 2018.

Lantaran bisa menempati juara ketiga atau peraih medali perungu, Bambang mendapatkan hadiah bonus dari pemerintah sebesar Rp 250 juta tanpa dipotong pajak lewat rekening Tabungan Britama Bisnis BRI.

Sumber kekayaan

Kekayaan Bambang tak cuma berasal dari BCA dan Djarum. Grup Djarum lewat GDP Venture, kini juga berekspansi dalam modal ventura yang banyak berinvestasi pada sejumlah perusahaan startup besar.

Mengutip situs GDP Venture, beberapa perusahaan yang disuntik modal oleh GDP Venture antara lain Kaskus, Gojek, tiket.com, Blibli.

Forbes menghitung kekayaan Bambang berdasarkan komposisi kepemilikan saham dan informasi keuangan yang diperoleh dari keluarga dan perorangan, bursa saham, analis, dan sumber-sumber lainnya.

Jumlah kekayaan juga memperhitungkan kepemilikan saham yang dimiliki oleh keluarga besar.

Peringkat tersebut mencantumkan kekayaan individu dan keluarga, termasuk yang dibagi di antara kerabat.

Perusahaan swasta dinilai berdasarkan perusahaan serupa yang diperdagangkan secara publik. Aset perusahaan publik dihitung berdasarkan harga saham dan nilai tukar pada 19 November 2019.

Baca juga: 11 Perusahaan Indonesia Masuk 200 Perusahaan Terbaik di Asia Pasifik Versi Forbes

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com