Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilang Jokowi Tak Terbangun, Salah Mafia Migas?

Kompas.com - 23/12/2019, 12:12 WIB
Muhammad Idris,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com  - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku geram pembangunan kilang minyak yang sudah diwacanakannya sejak 2014 atau awal periode pertamanya tak juga kunjung selesai.

Dalam beberapa kesempatan, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menuding ada mafia migas yang menghambat pembangunan kilang di Indonesia.

Jokowi menyebut ada pihak-pihak yang hobi impor migas dan mengeruk untung besar. Tingginya impor membelit keuangan negara yang membuat defisit neraca perdagangan migas.

Tekad untuk memberantas mafia migas yang dituding sebagai penyebab defisitnya neraca perdagangan Indonesia, sudah berulang kali disampaikan Jokowi.

"Lah ini yang seneng impor, bukan saya cari. Sudah ketemu siapa yang seneng impor. Sudah ngerti saya," kata Jokowi saat Musyawarah RPJMN 2020-2014 di Istana Negara, Senin (16/12/2019) lalu.

Baca juga: Masih Ingat Janji Jokowi Bangun 5 Kilang Minyak?

Mafia migas tuding Jokowi, bermain di banyak sektor demi mengeruk keuntungan dari impor BBM.

Dia mencontohkan, mafia migas ikut berperan menghambat pengolahan batu bara yang melimpah di Indonesia menjadi gas, sehingga negara ini terpaksa terus bergantung pada impor migas.

"Saya ingatkan bolak-balik, kamu hati-hati. Saya ikuti kamu, jangan halangi orang ingin membikin batu bara jadi gas gara-gara kamu senang impor gas," kata Jokowi.

Ia menyebutkan, pihak yang suka impor itu pernah mengungkapkan kekhawatiran apabila Indonesia telah berhasil memproduksi gas sendiri.

"Kalau ini bisa dibikin, sudah enggak ada impor gas lagi, saya kerja apa, Pak?' Ya terserah kamu. Kamu sudah lama menikmati ini," ujar Jokowi.

Masalah yang sama juga terjadi pada komoditas minyak. Menurut dia, selama ini impor minyak Indonesia mencapai sekitar 700.000 sampai 800.000 barrel per hari.

Baca juga: Jokowi: 34 Tahun Enggak Bisa Bangun Kilang Minyak, Kebangetan

Padahal, kata Jokowi, Indonesia memiliki banyak sumur minyak. Hanya saja, instruksi Jokowi agar Indonesia membangun kilang minyak sampai saat ini belum berjalan.

"Kenapa enggak genjot produksi? Karena ada yang masih senang impor minyak. Sudah saya pelajari, enggak benar kita ini," kata dia.

Menurut Jokowi, impor yang besar ini karena jumlah kilang minyak sangat minim. Dalam 34 tahun terakhir, Indonesia tak pernah lagi membangun kilang minyak.

Oleh karena itu, sesaat setelah dilantik bersama Jusuf Kalla pada akhir 2014, Jokowi langsung menginstruksikan jajarannya untuk membangun kilang minyak.

"Habis pelantikan yang pertama saya sampaikan, saya minta kilang ini segera dibangun. Tapi sampai detik ini, dari lima yang ingin kita kerjakan, satu pun enggak ada yang berjalan, satu pun," kata Jokowi.

Soal kilang minyak ini, Jokowi mengaku selama ini hanya diberi janji-janji palsu.

"Kemarin dijanjiin 2 tahun lagi, 3 tahun lagi. Saya enggak ngecek tiap hari kan. (Ternyata) enggak selesai satu persen pun," ujarnya.

Baca juga: Tekan Impor BBM, Jokowi Minta Menterinya Fokus Bangun Kilang Minyak

Jokowi pun curiga belum berjalannya pembangunan kilang minyak ini karena selama ini banyak pihak yang diuntungkan dari impor minyak dan gas.

Untuk itu, saat ini Jokowi sudah meminta aparat penegak hukum mengawal pembangunan kilang minyak.

"Ini saya tungguin betul, saya sudah minta Kapolri, Jaksa Agung ikut nungguin, nanti saya minta KPK ikut tungguin. Harus rampung pekerjaan besar ini," kata Kepala Negara.

SUMBER: KOMPAS.com (Ihasanuddin) | Editor: Kristian Ediarto, Fabian Junuarius Kuwado.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com