Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Generasi Milenial Perlu Investasi Emas, Ini Alasannya

Kompas.com - 23/12/2019, 16:19 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini emas bukan lagi sekedar logam mulia yang dijadikan perhiasan.

Sebagai instrumen investasi yang paling stabil, generasi milenial yang sukses dan peduli dengan rencana finansial masa depan semakin banyak yang menyadari pentingnya memulai investasi emas sedari dini.

Dengan biaya yang murah pun, generasi muda bisa memiliki aset untuk jaminan masa depan yang tumbuh bertahap.

Melihat peluang yang ada, PT Sampoerna Gold Indonesia meluncurkan instrumen investasi berupa logam mulia emas WARIS yang memiliki kadar murni hingga 99,9 persen.

Baca juga: Untuk Investasi, Pilih Emas Batangan atau Perhiasan? Cek Ini

Instrumen emas dinilai sebagai investasi yang tepat dan stabil bagi generasi milenial, karena nilai emas tidak mudah naik-turun dan cenderung minim risiko dibandingkan pilihan lain.

Hal senada ditemukan dalam riset Inside.id, dimana emas menjadi pilihan investasi untuk setengah responden (51 persen), diikuti dengan investasi lain seperti deposito (37 persen), properti (30 persen), reksadana (22 persen), dan saham (17 persen).

Dalam keterangannya, Senin (23/12/2019), Sampoerna Gold menyebut ada 5 alasan mengapa generasi milenial perlu berinvestasi emas.

1. Nilai lebih stabil

Tidak seperti instrumen lain, emas cenderung lebih tahan terhadap fluktuasi inflasi, harganya cenderung stabil bahkan dalam gejolak ekonomi, dan mudah dicairkan kembali.

Tidak hanya di Indonesia, para investor global juga mendiversifikasi aset mereka ke emas. Tujuannya untuk menghindari risiko kerugian akibat kondisi ekonomi yang lesu.

Baca juga: Simak 3 Tips Investasi Emas untuk Milenial

2. Pembelian emas semakin mudah

Kini, pembelian emas dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, bahkan investor bisa menambah tabungan emas mulai dari Rp 200 perak. Misalnya, untuk membeli Emas WARIS, investor bisa dengan mudah membuka laman Orori.com dan aplikasi e-mas.

Aplikasi ini sudah memiliki fitur keamanan canggih untuk memberikan ketenangan dan kepraktisan bagi setiap investor.

3. Dapat dimulai dengan harga terjangkau

Jika dulu emas sebagai logam mulia diperdagangkan per batang atau per kilogram, kini setiap investor bisa mencicil tabungan emas mereka hanya mulai dari Rp 200.

Tentunya, kepraktisan ini menjadikan emas sebagai instrumen yang cocok bagi investor muda, bahkan untuk kalangan pelajar dan mahasiswa yang ingin mulai berinvestasi sejak dini.

Risiko rendah dan harga yang amat terjangkau merupakan jaminan keamanan yang sulit diperoleh dari instrumen investasi lain.

Baca juga: Baru Diluncurkan, Sampoerna Gold Klaim Emas Waris Laku Terjual 43 Kg

4. Jaminan keaslian emas

Sampoerna Gold menyebut Emas WARIS memiliki security printing yang baik, tidak dapat dipalsukan, serta dapat dilacak langsung lewat aplikasi. Untuk mencegah pemalsuan label, perusahaan memberikan empat lapisan keamanan, yaitu QR code, label void, hologram dua warna, dan microporous membrane.

5. Dapat diwariskan

Sebagai instrumen investasi yang memiliki bentuk fisik, kepemilikan emas WARIS juga dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com