Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Embargo Barat, Mahathir Ajak Negara Muslim Pakai Dinar

Kompas.com - 23/12/2019, 18:18 WIB
Muhammad Idris,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonomi global dari tahun ke tahun diprediksi semakin tak menentu. Beberapa sebab antara lain perang dagang, sanksi ekonomi, hingga embargo.

Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Mohamad, melontarkan inisiatif agar negara-negara muslim menggunakan mata uang emas atau dinar dalam transaksi perdagangan.

Selain itu, dalam Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara Islam Dunia di Malaysia, dia mendorong negara-negara muslim menggunakan cara berdagang lama, yakni barter ketimbang mengandalkan dollar AS.

"Saya menyarankan gagasan perdagangan menggunakan dinar emas dan perdagangan sistem barter di antara kita, kami serius melihat ini," kata Mahathir seperti dilansir dari Reuters, Senin (23/12/2019).

Dia mencontohkan, sejumlah negara seperti China kini mulai mengurangi dollar AS sebagai cadangan devisanya.

Mahathir juga memuji Iran dan Qatar karena menahan embargo ekonomi dan mengatakan penting bagi dunia Muslim untuk mandiri untuk menghadapi ancaman di masa depan.

Baca juga: Koin Emas Seperti Dinar Bernuansa Nusantara Hadir, Minat Beli?

Negara-negara Arab yang bersekutu dengan AS, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar sekitar 2,5 tahun yang lalu atas tuduhan mendukung terorisme, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Doha.

Menurutnya, negara manapun bisa digilir sanksi ekonomi dari Amerika Serikat jika ada dinilai merugikan Negeri Paman Sam.

Opsi menggunakan dinar dan perdagangan barter dalam skala besar, bisa punya efek signifikan pada kestabilan ekonomi dunia.

"Dengan dunia menyaksikan negara-negara membuat keputusan sepihak untuk menjatuhkan tindakan hukuman seperti itu," kata Mahatir.

"Malaysia dan negara-negara lain harus selalu ingat bahwa hal itu dapat dikenakan pada kita," katanya lagi. 

Dinar sendiri merujuk pada koin emas yang digunakan pada perdagangan era abad pertengahan Islam.

Sistem mata uang dinar yang berlaku di era Islam ini juga sebenarnya serupa dengan sistem moneter standar emas (gold standard) sebelum dunia memberlakukan fiat money dimana dollar AS jadi mata uang dominan.

Baca juga: Mau Beli Koin Emas Dinar Bercorak Nusantara? Begini Cara Belinya

Gold standard merujuk pada mata uang yang berlaku berdasarkan cadangan emas yang dimiliki negara penerbit mata uang, bukan mata uang kertas yang diyakini memiliki nilai intrinsik (fiat money).

Pada sistem gold standard, transaksi akan berlaku antara penjual dan pembeli ketika uang kertas yang mencerminkan kepemilikan akan sejumlah emas ditukarkan dengan suatu barang atau jasa.

Sistem gold standard memang memiliki keuntungan terutama dalam meredam inflasi dan menciptakan efek stabil pada perekonomian.

Namun sistem ini juga memiliki keterbatasan dari sisi fleksibilitas penyediaan uang hingga menimbulkan persaingan tak sehat bagi negara-negara yang tak memproduksi emas.

Baca juga: Mengenal PT Iglas, BUMN yang Disebut Erick Thohir Sudah Sangat Sekarat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com