Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi Tidak Setuju Lobster Dibudidaya, Apa Alasannya?

Kompas.com - 24/12/2019, 19:11 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tarik-menarik soal benur alias benih lobster masih terus berlanjut. Pro dan kontra ekspor dan budidaya benih lobster menarik beberapa nama publik, sebut saja para pengamat, tokoh masyarakat, hingga pejabat pemerintah.

Mereka kebanyakan tidak setuju atas salah satu usulan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo untuk mengekspor benih lobster ke Vietnam. Alih-alih diekspor, lobster lebih baik dibudidaya.

Namun, tak semua pihak setuju dengan usulan budidaya ini. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti secara jelas menentang benih lobster diambil dari alam untuk dibudidaya apalagi diekspor. Dia ingin, lobster berkembang biak di alam.

Baca juga: Bantah Edhy, Susi Pamer Data Ekspor Lobster RI Meningkat Sejak 2016

Lantas, apa alasan Susi menolak budidaya apalagi mengekspor benih lobster ke negara tetangga?

Dalam akun twitternya Susi menuturkan, budidaya lobster bakal menghabiskan plasma nutfah di alam. Dia bilang, budidaya nantinya akan berhenti jika bibit lobster itu telah habis di alam.

Apalagi ungkap Susi, lobster belum bisa berkawin dan memijah di tempat budidaya maupun penangkaran. Lobster bertelur, melahirkan, hingga beranjak dewasa merupakan peran alam.

Baca juga: Susi Tak Setuju Ekspor Benih Lobster Disamakan dengan Ekspor Nikel

"Budidaya akan menghabiskan plasma nutfah/bibit lobster di alam. Dan satu saat pembesaran lobster itupun akan berhenti karena bibit telah habis. Ingat Lobster belum bisa berkawin dan mijah di penangkaran. Semua bibit lobster yg diambil sd hari ini adlah dari alam," cuit Susi.

Belum lagi, Indonesia memang belum memiliki budidaya lobster yang matang dan masih kalah dengan negara tetangga.

Baik budidaya maupun ekspor dinilai bisa memicu pengambilan bibit secara massal dan mengganggu ekosistem.

Baca juga: Asosiasi Udang: Bibit Lobster dari RI Jelas Diselundupkan ke Vietnam

"Krn Lobster dlm ancaman kepunahan, wacana yg tidak mau tahu & perduli. Lobster itu species yg belum bisa kita kawinkan & biakkan di penangkaran. Bibit untk budidaya pembesaran semua diambil dr alam. Cara Pengambilan bibit ini massal & mudah; akan cepat menghabiskan stok alam," cuit Susi lagi.

Hal itu pula yang mendasarinya mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 56 Tahun 2019 semasa jadi menteri KKP.

Aturan itu melarang Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus spp.) dari wilayah Republik Indonesia.

Baca juga: Kenapa Benih Lobster Tak Dibudidaya Saja? Ini Kendalanya Kata KKP

Pemberitaan Kompas.com tanggal 12 Februari 2017 menyebutkan, pelarangan itu memang sempat berdampak pada mata pencaharian nelayan yang sehari-harinya menangkap benur.

Waktu itu, mantan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mendapatkan keluhan masyarakat terkait nasib sekitar 10.000 nelayan yang kehilangan mata pencaharian pasca dilarangnya penangkapan bibit lobster oleh Susi.

Lama-lama nelayan itu mengganti mata pencahariannya. KKP pun kerap memberikan bantuan berupa alat tangkap ikan, rumput laut, hingga berbagai perlengkapan agar nelayan-nelayan itu mencari pekerjaan baru.

Baca juga: 8 Tempat Wisata Gratis untuk Libur Natal dan Tahun Baru di Jakarta

Dalam berbagai kesempatan, Susi kerap menjelaskan kebijakan pelarangan penangkapan bibit lobster bertujuan untuk menjaga kelestarian lobster di laut.

Ia tidak ingin eksploitasi lobster secara berlebihan hingga menangkap dan menjual bibit lobster justru akan menggangu ketersediaan lobster di masa depan.

Dia pun mengacu pada negara-negara yang telah melarang peredaran bibit lobster untuk budidaya maupun diekspor. Negara-negara seperti Australia, India, dan Kuba bahkan mengatur ukuran minimal hingga maksimal pengambilan lobster.

"Mrk tidak budidayakan bibit, tidak ekspor bibit. Apakah krn mrk lebih bodoh dr kita????," tandas Susi.

Baca juga: Susahnya Blokir IndoXXI Cs, Mati Satu Tumbuh Seribu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terapkan Ekonomi Sirkular, Aqua Gandeng Ikatan Pemulung

Terapkan Ekonomi Sirkular, Aqua Gandeng Ikatan Pemulung

Whats New
Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Whats New
Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Whats New
Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Whats New
Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Whats New
Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Whats New
Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Whats New
Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com