Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Sepeda dari China Marak, Produsen Domestik Menjerit

Kompas.com - 30/12/2019, 06:09 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah produsen sepeda dalam negeri merasakan dampak masifnya sepeda impor dari China. Baik itu produsen berorientasi ekspor maupun domestik, bahkan konsumen ikut kena getahnya.

William Gozali, Direktur Insera Sena (produsen sepeda Polygon) menyebutkan, perusahaan merasakan dampak secara tidak langsung fenomena masifnya impor sepeda dari China.

"Meski demikian kami tidak bisa katakan positif atau negatif karena memang sasaran pasar Polygon agak berbeda," sebut dia seperti dilansir dari Kontan.co.id, Minggu (29/12/2019).

Baca juga: Kasus Harley dan Sepeda Brompton, Erick Thohir Pecat Dirut Garuda

William mengatakan, Polygon bakal melihat kondisi pasar terlebih dahulu. Sebab sebagai produsen sepeda berorientasi ekspor perlu memperhatikan kondisi Brexit dan perang dagang China dan Amerika Serikat. Jika memang ada kesempatan ekspor, Polygon akan menggarap pasar semampunya.

Adapun untuk pasar domestik, dia mengakui Polygon akan memperhatikan kompetisi dari pasar. Jika ada peluang untuk berkembang lebih maka akan diusahakan untuk merebutnya.

Menanggapi masifnya impor sepeda dari China, William berharap regulator dapat menertibkan impor sepeda sehingga lebih adil bagi industri dalam negeri.

"Kami tidak minta fasilitas, tapi hanya mengharapkan perlakuan adil," ucapnya.

Baca juga: KAI Hanya Memperbolehkan Penumpang Bawa Sepeda Lipat di Kereta

William melihat kondisi Indonesia saat ini yang dibanjiri sepeda impor mahal dengan harga puluhan hingga ratusan juta. Namun, proses impor sepeda mahal itu sama sekali tidak ada data di impor Indonesia.

William mengungkapkan, data impor menunjukkan rata-rata harga impor sepeda hanya Rp 200,000/unit sehingga bea masuk dan pajak yang dibayar tidak lebih dari Rp 30,000/unit. Padahal banyak sepeda impor yang lebih mahal dari itu.

Menurut William, hal ini tidak adil karena setiap sepeda yang diproduksi oleh pabrik di dalam negeri membayar pajak sekitar 15 persen dari harga jual. Sedangkan sepeda impor mahal bisa masuk dengan cara tidak jelas dengan bea masuk dan pajak jauh lebih rendah.

Hal lain yang dikhawatirkan ialah sepeda impor dengan kualitas buruk yang akan merusak pandangan orang terhadap sepeda, khususnya sepeda anak-anak.

"Polygon sudah pernah bicara mengenai safeguard, tetapi menurut kami yang paling penting adalah adanya pengawasan lebih ketat ketika sepeda di impor yang nilainya tidak wajar," ujarnya.

Baca juga: 10.000 Sepeda United Bike Diekspor ke Spanyol Senilai 852.000 Dollar AS

Meski sudah ada upaya menjaga kualitas dengan SNI tetapi menurut William di lapangan masih banyak pelanggaran sehingga yang paling dirugikan adalah konsumen.

Selain Polygon, produsen sepeda lain PT Roda Maju Bahagia selaku produsen sepeda merek Element MTB, police bike, Camp, Ion, dan Capriolo juga mengakui merasakan dampak impor sepeda dari China.

CEO Roda Maju Bahagia, Hendra menyatakan kesulitan membangun pabrik karena biaya ekspansi jadi terbatas.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com