JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Asmawi Syam mengatakan, masalah utama yang mendera perusahaan asuransi pelat merah tersebut adalah keringnya likuiditas. Bahkan, di era dia memimpin, perusahaan tak lagi memiliki aset untuk bisa diinvestasikan.
Menurut dia, setidaknya ada empat langkah yang perlu dilakukan agar perseroan kembali sehat.
Keempatnya mencakup soal kondisi keuangan perusahaan hingga manajemen sumber daya manusia (SDM)nya.
"Bagaimana menyelesaikan kewajiban kepada nasabah itu yang utama. Kedua bagaimana menyehatkan perusahaan, yang ketiga bagaimana membangun trust kepada masyarakat ke depan," ujar Asmawi Syam kepada Kompas.com, Senin (30/1/2019).
Baca juga: Pengamat Sebut Produk Jiwasraya Investasi Skema Ponzi
"Karena bagaimanapun juga Jiwasraya perusahaan BUMN yang sudah berumur lebih dari 100 tahun sehingga harus menyelesaikan itu. Keempat adalah bagaimana memberi kepastian ke pekerja, menjaga semangat dan optimismenya. Dan yang kelima membangun IT yang lebih mumpuni," lanjut dia.
Selain itu, Jiwasraya juga dinilai perlu mulai merambah jenis produk asuransi lain seperti unitlink di mana risiko investasi tak sepenuhnya dibebankan kepada perseroan namun juga nasabah.
Permasalahan likuiditas, menurut dia sebenarnya telah mendera perseroan sejak sebelum dirinya menjabat. Perseroan pun sebelumnya telah melakukan beberapa langkah penyehatan laporan keuangan, yaitu dengan reasuransi dan revaluasi aset. Namun, hal tersebut hanya menambah jumlah aset ke perusahan tanpa memberikan likuditas.
Baca juga: Jiwasraya Belum Sampaikan Laporan Keuangan 2018 ke OJK?
Adapun menurut dia, langkah pemerintah yang berencana untuk membentuk holding BUMN juga sudah tepat. Selain itu, juga dengan pembentukan anak perusahaan Jiwasraya Putra yang diharapkan bisa mengundang investor baru.
"Prinsipnya saya sangat mengapresiasi yang dilakukan sekarang ini sangat bagus untuk menyelesaikan persoalan Jiwasraya krn kalau bicara holding kita bicara likuditas kalau anak perusahaan kita bicara lukuiditas," ujar dia.
Sebelumnya, Asmawi yang mulai efektif bekerja pada Agustus 2018 menjelaskan, dirinya yang baru menjabat dua bulan di perseroan langsung dihadapkan pada masalah pelik yang mendera perseroan. Pasalnya kala itu, Jiwasraya terancam gagal bayar lantaran terjadi ketidakseimbangan aset dan kewajiban pada neraca perusahaan.
Investasi yang dimiliki perusahaan tidak bisa dicairkan lantaran harga yang merosot dan tak lagi likuid.Hingga akhirnya pada Oktober 2018 Asmawi mengumumkan gagal bayar polis untuk produk JS Saving Plan sebesar Rp 802 miliar.
"(Masalah) pertama ya itu pencairan. Ketika masuk saya dihadapkan pada masalah pencairan. Nggak sempet cari masalah, masalahnya datang sendiri. Saya melihat antara (polis) yang jatuh tempo dan yang harus dicairkan missmatch," ujar dia ketika ditemui di Jakarta, Jumat (27/12/2019).
Baca juga: Curhat Dahlan Iskan soal Masalah Jiwasraya di Pesawat Brompton
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.