Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelam di 2019, Bagaimana Nasib Bisnis Penerbangan pada 2020?

Kompas.com - 31/12/2019, 18:31 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis penerbangan Indonesia selama 2019 diselimuti awan kelam. Mulai dari mahalnya harga tiket, anjloknya jumlah penumpang, hingga turunnya pendapatan sejumlah maskapai. 

Meski begitu, bisnis penerbangan diyakini akan lebih cerah pada 2020. Asalkan perusahaan penerbangan bisa memanfaatkan potensi besar sektor penerbangan di Indonesia.

"Dengan mengangkut penumpang domestik saja sekitar 80 juta, dengan uang yang berputar di atas Rp 20 triliun, ini menunjukkan kekuatan ekonomi kita di bisnis penerbangan," ujar pengamat penerbangan Arista Atmadjati kepada Kompas.com, Selasa (31/12/2019).

Baca juga: 2019 Tahun yang Berat bagi Industri Penerbangan Dunia, Mengapa?

Apalagi ucapnya, bisnis penerbangan juga memiliki pengaruh besar terhadap bisnis lainnya. Misalnya saja perhotelan, pariwisata dan logistik antar pulau.

Keyakinan Arista bukan tanpa alasan. Ia menilai, lanskap bisnis aviasi di daerah juga mulai menggeliat. Salah satu contohnya perkembangan Susi Air yang kini memiliki sekitar 45 pesawat turbo propeller jenis grand caravan.

Ia juga meilihat jejak Susi Air mulai diikuti oleh maskapai lain misalnya Trans Nusa yang mulai ekspansi ke Sulawesi dan Kalimantan. Ada juga Aviastar dan Express Air yang melayani beberapa kabupaten di Kalimantan.

Baca juga: Garuda Indonesia Batal Himpun Dana 900 Juta Dollar AS

Perkembangan bisnis penerbangan itu juga dilihat oleh para pilot asing. Oleh karena itu ucapnya, banyak pilot asing yang bekerja di sejumlah maskapai, antara lain di Susi Air.

Arista menyebut, jumlah armada pesawat komersial di Indonesia pada 2011 cuma ada sekitar 300 pesawat, saat ini tahun 2019 sudah diperkirakan tidak kurang dari 2.000 pesawat komersial yang melayani 2.000 traffic per hari.

Dengan 262 juta penduduk dan negara kepulauan, Indonesia merupakan pasar besar bagi bisnis penerbangan nasional.

Baca juga: Jadwal Kereta MRT Terakhir Saat Malam Tahun Baru

Singapura saja dengan jumlah penduduk hanya sekitar 6 juta orang, bisa mendapatkan penumpangnya 30 juta per tahun.

Australia dengan jumlah penduduk 23 juta penumpang yang diangkut per tahun mencapai 71 juta.

Meski begitu, perkembangan bisnis penerbanggan tidak bisa berdiri sendiri. Ia menilai perlu ada dukungan pemerintah dalam upaya menyediakan infrastruktur penunjang mulai dari penambahan run way hingga pembangunan atau pengembangan bandara.

"Jadi memang potensi penumpang udara kita masih sangat luar berkembang lagi ke masa depannya," ucapnya.

Baca juga: Ini Jadwal Lengkap KRL Saat Malam Tahun Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com