JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia atau APTI, Soeseno menyebutkan kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen dan harga jual eceran (HJE) rokok naik 35 persen sempat membuat harga jual tembakau anjlok di sejumlah wilayah.
"Sebenarnya kemarin sih waktu mulai pengumuman, harga tembakau memang dipengaruhi oleh isu itu. Yang memainkan harga biasanya pedagang. Ada isu kenaikan cukai pedagang itu langsung (turun harganya)," kata Soeseno kepada Kompas.com, Selasa (31/12/2019).
Tidak tanggung, bahkan harga tembakau bisa merosot sampai dengan 50 persen dari harga awalnya. Apalagi kenaikan cukai rokok diumumkan saat petani mulai panen raya, yakni pada Oktober 2019.
Baca juga: Petani Tembakau Tolak Rencana Revisi PP Nomor 109
Soeseno mengatakan saat diterpa isu kenaikan, harga tembakau anjlok. Namun saat ini harga sudah bagus di pasar, karena sekarang tidak ada pasar tembakau.
Umumnya pasar tembakau mulai ada di bulan Oktober dan November saat petani tembakau mulai panen.
"Nyatanya harga rata-rata untuk petani mengecewakan. Ini (harga tembakau) tidak sebagus pada tahun 2018. Harganya itu bisa di kisaran Rp 35.000 per kilogram sampai Rp 40.000 per kilogram. Padahal biasanya harga dikisaran Rp 60.000 an per kilogram," jelasnya.
Adapun penurunan harga sempat terjadi pada tembakau yang paling sering di gunakan sebagai bahan baku yakni tembakau Madura, Kasturi dan Jember.
Baca juga: Sah, Cukai Hasil Tembakau Naik 21,55 Persen Per 1 Januari 2020
Namun demikian, Soeseno menyebut saat ini harga tembakau sudah mulai normal. Misalkan saja harga tembakau di Jombang, Lamongan dan Bojonegoro yang masih dikisaran Rp 60.000 per kilo gram.
"Kemarin saya ke Jombang, Lamongan dan Bojonegoro harga tembakau bagus. Rata-rata Rp 60.000 per kilogram. Tapi di luar itu saya enggak tahu. Karena gejalanya berbeda-beda," jelasnya.
Adapun ketidakstabilan harga ini terjadi karena pedagang memainkan isu di pasar. Alasannya adalah karena harga rokok naik, maka rokok tidak laku dipasaran sehingga perusahaan rokok membeli dengan jumlah sedikit.
"Walaupun pabrik sebenarnya melakukan pembelian tetap. Tapi kan pedagang bilangnya 'oh ini pabrik belinya kecil ini', Sehingga pedagangkan memainkan pasar," ungkapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.