TAHUN 2020 diharapkan menjadi tahun pemulihan bagi ekonomi dan investasi. Hasil investasi reksa dana juga diharapkan bisa membaik pada tahun ini. Seperti apa persiapan bagi masyarakat yang berminat menjadi investor pada tahun 2020 ini?
Perang dagang antara China dan Amerika Serikat yang telah berlangsung selama 2 tahun ini mulai menemui titik terang dengan adanya kesepakatan tahap pertama. Hal ini memang tidak menjamin bahwa perang dagang berakhir, tapi paling tidak sudah kesepakatan yang diharapkan bisa terus berlanjut.
Harga komoditas kelapa sawit juga sudah mencetak rekor baru setelah mengalami penurunan berturut-turut selama 2 tahun terakhir. Hal ini diharapkan dapat memulihkan kinerja perusahaan sawit dan meningkatkan daya beli masyarakat terutama yang terkait dengan industri kelapa sawit.
Walaupun perbankan dan konsumsi adalah sektor yang dominan di pasar modal, dari kacamata investor asing, suka tidak suka masih ada persepsi bahwa pasar modal Indonesia identik dengan komoditas. Jadi naiknya harga sawit menjadi sesuatu yang positif terhadap pasar modal.
Baca juga: 4 Jurus Jitu Investasi Aman di Reksa Dana Ala Bahana Sekuritas
Di sisi lain, harga batu bara yang juga merupakan komoditas andalan masih stagnan. China merupakan importir batu bara terbesar di dunia. Perlambatan ekonomi di sana juga turut mempengaruhi harga komoditas. Berita baiknya adalah mulai ada kesepakatan dagang dan harga batu bara juga sudah tidak turun lagi walaupun belum naik.
Ketidakpastian politik akibat Pemilu dan Pilpres pada tahun 2019 sudah berakhir dengan terpilihnya kembali Joko Widodo sebagai Presiden RI dan bergabungnya Prabowo ke dalam kabinet Menteri.
Dukungan politik terhadap kuat terhadap pemerintahan ini dapat dilihat dari rencana penerbitan Undang-Undang omnibus law yang tidak mendapat halangan. Dari kacamata pasar modal, salah satu yang mendapat penilaian positif adalah penurunan tarif secara bertahap untuk pajak badan dan dividen.
Beberapa riset dari sekuritas asing juga menjadikan negara berkembang (emerging market) sebagai negara tujuan investasi di tahun ini mengingat valuasi di negara maju seperti Amerika Serikat sudah tinggi dan di negara berkembang masih murah. Net buy asing di saham sudah mulai terjadi sejak akhir 2019 dan diperkirakan masih akan terus berlanjut di 2020 ini.
Faktor-faktor di atas menjadi dasar mengapa tahun 2020 disebut sebagai tahun pemulihan untuk investasi di pasar modal. Faktor negatif dan kejutan memang akan selalu ada mengingat pasar modal memiliki karakter yang fluktuatif, namun setidaknya yang terburuk sudah lewat.
Reksa dana pasar uang
Rata-rata reksa dana pasar uang di tahun 2019 memberikan return 5,29 persen. Imbal hasil untuk reksa dana pasar uang di 2020 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan 2019 seiring dengan turunnya BI Rate dan suku bunga deposito perbankan.
Biasanya manajer investasi akan memaksimalkan hasil investasi dengan kombinasi pada obligasi pemerintah dan korporasi jangka pendek.
Reksa dana pasar uang sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat untuk menempatkan dana darurat, kebutuhan investasi jangka sangat pendek (di bawah 1 tahun), dan atau sebagai tempat parkir sementara sebelum berinvestasi ke reksa dana yang lebih agresif.
Reksa Dana Pendapatan Tetap
Rata-rata reksa dana pendapatan tetap di tahun 2019 memberikan return 9 persen. Imbal hasil ini merupakan yang terbaik dibandingkan jenis reksa dana lainnya. Positifnya kinerja ini disebabkan karena tren penurunan suku bunga BI Rate yang terjadi pada tahun lalu.