Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips untuk Korban Banjir agar Baju Kotor Tak Ditolak Laundry

Kompas.com - 03/01/2020, 13:24 WIB
Muhammad Idris,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Imbas banjir yang menerjang Jabodetabek membuat permintaan jasa binatu alias laundry melonjak tajam. Bagi sebagian korban, memilih jasa laundry jauh lebih praktis ketimbang mencuci sendiri usai banjir surut.

Kendati demikian, menurut Ketua Umum Asosiasi Laundry Indonesia (ASLI) Apik Primadya, tak semua jenis sandang dari para korban banjir bisa diterima pemilik usaha laundry.

"Permintaan laundry membludak setelah banjir, tapi yang perlu dicatat, tak semua baju kotor bisa diterima pemilik laundry," kata Apik kepada Kompas.com, Jumat (3/1/2020).

Dijelaskannya, banyak baju kotor yang terendam banjir masih membawa lumpur. Agar tak ditolak pemilik usaha binatu, pihaknya menyarankan korban banjir membersihkan kotoran sisa banjir terlebih dahulu sebelum dibawa ke jasa laundry.

"Kita tidak menerima kalau bajunya berlumpur. Harus dicuci dulu kalau mau diterima di laundry. Karena kalau ada sisa lumpur banjir walaupun sedikit, itu nanti masuk mesin bisa masalah, nggak bisa masuk mesin," ujar Apik.

Meski demikian, lanjut dia, masih ada pemilik laundry yang menerima baju korban banjir yang berlumpur. Namun, dengan konsekuensi harga jasa yang berbeda.

Baca juga: Permintaan Klaim Asuransi Mobil Melonjak Gara-gara Banjir

"Kalau pun tetap mau masuk loundry, beberapa laundry tetap menerima tapi dihitung satuan, jelas bukan kiloan. Dan itu harganya pastinya lebih mahal," ucap Apik.

"Jadi kita sarankan, cuci baju dulu sebelum ke laundry. Kecuali hanya terendam, misalnya masih di dalam lemari terkunci rapat kemudian kena banjir, lumpur nggak masuk, itu masih kita terima," imbuhnya.

Pemilik Apique Laundry di Jagakarsa Jakarta Selatan ini juga tak menampik jika ada lonjakan permintaan jasa loudry pasca banjir yang menggenang sejumlah kawasan di Jabodetabek.

"Kalau order memang lumayan ya dampaknya bagi laundry, membludak (permintaan) cucian, luar biasa (kenaikannya). Kebetulan posisi saya di luar kota, tapi kabar dari teman-teman asosiasi maupun di tempat usaha laundry saya sendiri, naiknya sampai di atas 40 persen," kata Apik.

Meski permintaannya naik drastis, tak semuanya bisa dilayani. Menurutnya, sejumlah tempat usaha binatu juga banyak yang ikut terendam banjir.

Baca juga: Jeritan Pedagang Mal Jakarta: Mau Banjir Diskon, Malah Banjir Sungguhan

"Laporan dari teman-teman asosiasi, banyak juga tempat cuci yang terendam banjir seperti di Duri Kosambi dan tempat lainnya, itu kendalanya," jelas Apik.

Sebagai informasi, lebih dari 31.000 warga di Jakarta mengungsi karena rumahnya terendam banjir.

Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, ada 31.232 warga yang mengungsi di 269 lokasi pengungsian.

Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat tujuh kelurahan dari empat kecamatan di Jakarta dilaporkan terendam banjir.

Ketujuh kelurahan itu tersebar di Jakarta Pusat, Selatan, Utara dan mayoritas Jakarta Timur. Ketujuhnya adalah Kelurahan Makasar, Kelurahan Pinang Ranti, Halim Perdana Kusuma, Kampung Melayu, Rorotan.

Kemudian Rawa Buaya, dan Manggarai Selatan. Selain di Jakarta, banjir juga melanda sejumlah titik di Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Lebak.

Baca juga: Akibat Banjir, Total Kerugian Peritel Diperkirakan Capai Rp 1 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Whats New
Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Whats New
Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com