Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penurunan Harga BBM Pertamina Hanya Sementara, Apa Iya?

Kompas.com - 06/01/2020, 12:36 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh PT Pertamina (Persero) dipandang hanya berlangsung sementara.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Pieter Abdullah. Menurut dia, dampak perang antara AS dan Iran sejatinya akan mengganggu pasokan minyak dunia, bukan karena implementasi B30.

"Kalau ketegangan AS dan Iran mengganggu supply minyak dunia harga pasti naik, kemungkinan besar apa yang sudah diturunkan oleh Pertamina bisa naik kembali," kata Pieter ketika berbincang dengan Kompas.com, Senin (6/1/2020).

Baca juga: Mulai Hari Ini Pertamina Turunkan Harga BBM, Simak Jenisnya

Ketegangan geopolitik antara AS dan Iran berdampak pada kenaikan harga minyak dunia, namun harga BBM di Indonesia justru malah turun sejak Minggu (5/1/2020).

Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Tohir menyebut penurunan harga BBM akibat implementasi B30 yang sudah cukup baik di Indonesia.

Namun demikian, terkait pernyaatan Erick tersebut, Pieter tak yakin B30 mampu menekan harga BBM saat ini.

"Saya enggak yakin itu," jelas Pieter.

Secara terpisah, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai, Pertamina menurunkan harga bahan bakarnya karena ada asumsi tidak ada perang dan hanya fluktuasi sesaat.

"Pemerintah berasumsi enggak ada perang dan fluktuasi sesaat saja. Jadi mereka berani turunkan harga BBM. Memang pemerintah berusaha mendorong agar pertumbuhan ekonomi kita yang melambat bisa jalan," ujar Hans.

Baca juga: Shell Turunkan Harga BBM, Ini Rinciannya

Di sisi lain, Hans menyebut saat ini dunia khawatir jika Iran benar-benar akan membalas serangan AS atas tewasnya Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, kepala Pasukan elit Quds, dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis.

Pembalasan Iran ini dikhawatirkan akan membuat perang terbuka dan mengakibatkan pasokan 33 persen minyak dunia terhenti.

Pasokan minyak yang terhenti akan berpeluang menaikkan harga minyak mentah menjadi 150 dollar AS per barrel.

"Saat ini kenaikan harga minyak masih 4 dollar AS. Kira-kira kalau minyak (dunia) naik 15 persen lagi mungkin akan di adjust ke harga BBM dalam negeri," jelasnya.

Baca juga: Simak, Pertamina Beri Cashback Beli BBM di Area Jabodetabek

Sebagai informasi, Pertamina menurunkan harga BBM alias menyesuaikan harga jual BBM Umum jenis bensin dan solar Pertamax series dan Dex series di awal 2020.

Penyesuaian harga tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM 187K/10/MEM/2019 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.

“Penyesuaian harga BBM Umum merupakan aksi korporasi yang mengacu pada ketentuan yang berlaku yang ditetapkan oleh pemerintah,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman dalam siaran pers, Minggu (5/1/2020).

Dia mengatakan, harga solar dan bensin biasanya berbeda-beda di tiap daerah karena dipengaruhi oleh besaran Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) di masing-masing daerah.

Dengan ada penyesuaian ini, maka harga BBM akan sama rata. Penyesuaian harga tersebut berlaku di seluruh Indonesia mulai kemarin pukul 00.00 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com