Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri PUPR: Terowongan Raksasa "Obat" Banjir Cuma Wacana

Kompas.com - 06/01/2020, 15:44 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyebut proyek terowongan raksasa anti banjir alias Multi Purpose Deep Tunnel (MPDT) hanya sekedar wacana.

Dia bilang, proyek itu tak lagi terdengar kabarnya sejak digagas dan dikaji Menteri Pekerjaan Umum (PU) 2004-2014 Djoko Kirmanto tahun 2007 silam.

"Sempat wacana (bakal dilanjutkan). yang Deep Tunnel enggak ada wacana akan dilanjutkan. Lima tahun belakangan belum ada pembahasan (lagi). Ya nanti kita lihat lagi. Itu baru wacana," kata Basuki di BPK RI, Jakarta, Senin (6/1/2020).

Basuki bilang, terowongan raksasa yang terinspirasi dari kanal pintar (smart canal) di Malaysia ini memiliki banyak masalah sehingga belum memungkinkan untuk diimplementasi.

"Teknisnya belum sepakat, belum kita temukan secara teknis antara mana dengan mana dan ada dua model yang satu pakai dua tunnel. Jadi satu ada di bawah dan nanti disepakati satu-satu," ujar dia.

Baca juga: Menteri PUPR: Bandara Halim Banjir Karena Empang Meluap

Belum lagi pengoperasian terowongan raksasa itu tidak mudah. Basuki merasa perlu untuk mempelajarinya lebih lanjut sebelum benar-benar diimplementasikan.

"Saya itu dulu kan ada ide dari Malaysia smart canal dan itu juga kan yang paling susah operasinya, jadi lagi dipelajari terus," ungkapnya.

Sebagai informasi, terowongan multifungsi ini sempat mencuat kembali di zaman Presiden RI Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Dalam pemberitaan Kompas.com, 4 Januari 2013, deep tunnel direncanakan berdiameter lebih kurang 16 meter, dengan panjang 19 kilometer.

Jalurnya dari Jalan MT Haryono-Jalan Gatot Subroto-Jalan S Parman-Pluit sampai ke Waduk Pluit. Dari panjang 19 kilometer, hanya 10 kilometer yang dimanfaatkan untuk multifungsi, selebihnya hanya untuk pipa saluran air.

Terowongan itu dibangun pada kedalaman 40-60 meter dan dibagi tiga lapis. Lapis pertama untuk kendaraan yang mengarah ke utara, lapis kedua untuk kendaraan yang mengarah ke selatan, dan lapis ketiga untuk saluran air.

Jalan masuk dan keluar kendaraan ada di beberapa titik, seperti di Jalan MT Haryono dan di jalan layang Tomang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com