Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik AS-Iran Berlarut, Sektor-sektor Ini Akan Terdampak

Kompas.com - 07/01/2020, 07:41 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Lembaga pemeringkat kredit Moody's memberi peringatan mengenai dampak dari potensi konflik di Timur Tengah setelah adanya serangan Amerika Serikat ke Baghdad yang menewaskan pimpinan militer Iran Qasem Soleimani.

Seperti dikutip dari CNBC, Moody's menyatakan, jika konflik antara Iran dan Amerika Serikat akan berlangsung dalam jangka panjang bakal meningkatkan risiko di sektor ekonomi dan keuangan.

"Jika konflik (antara Amerika Serikat dan Iran) terus berlanjut dan meluas maka akan berimplikasi secara meluas terhadap ekonomi dan finansial yang secara signifikan akan memperburuk kondisi operasional dan keuangan," ujar analis senior Moody's Alexander Perjessy dalam keterangannya, Selassa (7/1/2019).

"Konflik yang berlarut-larut berpotensi menimbulkan dampak global, khususnya melalui pengaruhnya terhadap harga minyak," tambah dia.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Harga Minyak jika Pecah Perang AS-Iran?

Seiring dengan konflik yang menewaskan Soleimani, Kamis (2/1/2020), siaran TV pemeirntah Iran menyatakan pada Minggu (5/1/2020) tidak akan lagi menghormati pembatasan pengayaan uranium yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir 2015.

Selain itu, parlemen Irak pun mengeluarkan resolusi yang menyerukan pengusiran atas pasukan asing yang menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan misi sekutu yang berhasil melawan ISIS dalam beberapa tahun terakhir.

Perjessy mengatakan, dampak dari ketegangan yang sedang terjadi bakal berdampak luas terhadap perekonomian, tidak hanya terhadap harga minyak dan perbankan saja, namun juga merambah sektor lain seperti pariwisata di Timur Tengah misalnya, secara langsung akan terdampak.

Baca juga: AS-Iran Memanas, Erick Thohir Antisipasi Kenaikan Harga Minyak Dunia

Adapun sejak serangan terjadi, harga aset-aset safe haven seperti emas dan obligasi terus meningkat, dan harga minyak pun mencatatkan level harga tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.

Pada Senin (6/1/2020) harga acuan minyak mentah Brent mencatatkan level tertinggi sejak September 2019 yaitu sebesar 70,74 dollar AS per barrel sementara West Texas Intermediate mencatatkan harga tertinggi sejak April di 64,72 dollar AS per barrel.

Perjessy mengatakan bahwa bagi produsen minyak di Timur Tengah harga yang lebih tinggi dapat mengurangi beberapa implikasi negatif kredit, selama permintaan tetap tinggi dan negara-negara dapat melanjutkan ekspor.

Baca juga: Serangan AS Tewaskan Pimpinan Militer Iran, Harga Minyak Dunia Melonjak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com