Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga Akhir 2019, Defisit APBN Capai Rp 353 Triliun

Kompas.com - 07/01/2020, 12:39 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan realisasi kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga 30 Desember 2019, Selasa (7/1/2020).

Dalam paparannya Sri Mulyani mengatakan hingga akhir tahun kinerja APBN mencatatkan defisit sebesar Rp 353 triliun atau 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar 1,84 persen.

Besaran defisit tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp 269,4 triliun atau 1,82 persen dari PDB.

Baca juga: APBN Jelang Tutup Tahun: Defisit Bengkak, Penerimaan Loyo

Namun demikian, Sri Mulyani menilai APBN yang merupakan instrumen untuk menjaga stabilitas mampu membuat perekonomian lebih kondusif dan terjaga yang ditunjukkan dengan PDB yang hingga akhir tahun diprediksi bakal tumbuh di kisaran 5,05 persen.

"Dari sisi APBN realisasinya kita seperti disampaikan, APBN adalah instrumen menjaga perekonomian dan meneruskan program pembangunan. Meski kondisi ekonomi bergerak sangat dinamis kita tetap mampu menjaga fungsi untuk mendorong ekonomi dan menjaga stabilitas, mendorong investasi, serta memperkuat jaring pengaman sosial," ujar Sri Mulyani.

Secara lebih rinci, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menjabarkan, kinerja defisit APBN yang melebar disebabkan oleh rembesan dari pelemahan perekonomian global.

Baca juga: Defisit APBN Rp 369,8 Triliun Per November 2019, Ini Kata Sri Mulyani

Realisasi pendapatan negara tercatat sebesasr Rp 1.957,2 triliun atau hanya tumbuh 0,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) jika dibandingkan dengan tahun lalu yang bisa tumbuh 16,6 persen.

Realisasi pendapatan negara tersebut 90,4 persen dari target awal yang ditetapkan dalam APBN sebesar Rp 2.165,1 triliun.

Untuk penerimaan perpajakan tercatat mencapai Rp 1.545,3 triliun atau 86,5 persen dari pagu APBN yang sebesar Rp 1.786,4 triliun.

Penerimaan tersebut hanya tumbuh 1,7 persen (yoy) jika dibandingkan dengan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 13 persen (yoy).

"Pendapatan negara mengalami tekanan karena rembesan pelemagan global terlihat dari penerimaan perpajakan kita. Pendapatan engara kita tumbuh 0,7 persen dan penerimaan perpajakan 1,7 persen. Artinya kita tahun 2019 mampu mengumpulkan Rp 1.957,2 triliun atau 90,4 persen dari target awal," jelas Sri Mulyani.

Baca juga: Penerimaan Pajak Jelang Akhir Tahun Baru 72,02 Persen dari Target APBN

Adapun untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pemerintah mampu mendapatkan penerimaan sebesar Rp 405 triliun atau tumbuh di atas target yang sebesar Rp 378,3 triliun.

Namun demikian, relaisasi tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu atau tumbuh -1 persen.

Untuk penerimaan hibah tercatat mencapai Rp 6,8 triliun atau jauh lebih tinggi dari perkiraan dalam APBN yang hanya Rp 400 miliar.

Dari sisi belanja, pada hingga akhir tahun 2019 pemerintah berhasil merealisasi belanja sebesar Rp 2.310,2 triliun atau 93,9 persen dari yang dianggarkan sebesar Rp 2.461,1 triliun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com