Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah PM Milenial Ini Akan Pangkas Aturan Jam Kerja Jadi 4 Hari Seminggu?

Kompas.com - 08/01/2020, 06:58 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

JAKARTA, KOMPAS.com - Perdana Menteri (PM) Finlandia Sanna Marin diberitakan akan merevisi waktu kerja menjadi 4 hari per minggu 6 jam dalam sehari.

Namun rupanya, wanita berusia 34 tahun itu menampiknya usai beritanya menjadi viral di beragam media internasional selama sepekan terakhir.

Dikutip Bloomberg, Rabu (8/1/2020), Marin dan pemerintah Finlandia membantah hal tersebut. PM milenial itu mengungkap, gagasan revisi waktu kerja yang lebih singkat itu dia sebut-sebut pada bulan Agustus 2019.

Baca juga: Ada Omnibus Law, Aturan Ketenagakerjaan Akan Lebih Longgar

Namun, pada Agustus 2019 Marin belum diangkat menjadi Perdana Menteri termuda di Finlandia. Asal tahu saja, dia diangkat menjadi Perdana Menteri pada Desember 2019.

"Empat hari dalam seminggu tidak ada dalam agenda dan belum ada kegiatan (mengubah waktu kerja) baru-baru ini," kata pemerintah Finlandia dikutip Bloomberg, Rabu (8/1/2020).

Lebih lanjut, Marin mengangkat topik itu pada bulan Agustus 2019 selama debat panel di acara peringatan 120 tahun Partai Sosial Demokrat, yakni partai yang menaunginya.

Dalam debat panel itu, para pembicara memperhatikan berbagai macam isu, termasuk hari kerja. Kemudian membayangkan jam kerja yang baik di masa depan.

Baca juga: Kerja 4 Hari Seminggu, Produktivitas Karyawan Microsoft Jepang Naik 40 Persen

Sebagai informasi, Partai Sosial Demokrat memang saat itu tengah berjuang untuk menemukan relevansi dengan kandidat yang lebih muda, karena pensiunan menjadi kelompok yang lebih dominan di antara basis pendukungnya.

Oleh karena itu, Marin membayangkan skenario 4 hari kerja dengan 6 jam perharinya.

“Seminggu empat hari kerja dan 6 jam per hari, mengapa itu tidak bisa menjadi langkah selanjutnya? Apakah kerja 8 jam benar-benar keputusan final?," ucap Marin pada waktu itu.

“Saya percaya orang-orang pantas untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga mereka, orang-orang terkasih, hobi dan aspek kehidupan lainnya. Ini bisa menjadi langkah selanjutnya bagi kita dalam kehidupan kerja,"

Sedangkan saat ini, Finlandia bekerja sekitar 40 jam dalam seminggu dalam 5 hari kerja. Berdasarkan data statistik setempat, tingkat pengangguran dan PHK masih sangat tinggi. Hal inilah yang mendorong debat berkepanjangan di Finlandia dalam beberapa tahun terakhir.

Sebelumnya berbagai media memberitakan bahwa Perdana Menteri milenial Finlandia Sanna Marin memperkenalkan waktu kerja baru yang lebih fleksibel. Waktu kerja fleksibel yang dimaksud adalah 4 hari dalam seminggu dan 6 jam setiap harinya.

Apalagi, Swedia telah lebih dulu melakukan uji coba kerja 6 jam per hari pada 2015. Swedia menyimpulkan, pemangkasan jam kerja menjadi 6 jam membuat karyawan lebih bahagia, lebih kaya, dan lebih produktif.

Namun akhirnya, gagasan itu dinyatakan baru wacana dan belum ada langkah sama sekali untuk mengganti jam kerja yang saat ini berjalan.

Baca juga: Tembus Rp 4.778 Triliun, Ini Rasio Utang RI dan Negara Tetangga

Catatan redaksi: sebelumnya berita ini berjudul PM Milenial Ini Akan Pangkas Aturan Jam Kerja Jadi 4 Hari Seminggu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com