Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KNTI Setuju Lobster Dibudidaya, Asal Utamakan Petambak Kecil

Kompas.com - 09/01/2020, 17:22 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah tengah merencanakan pemanfaatan benih lobster untuk diekspor ke luar negeri maupun dibudidaya di dalam negeri hingga mampu mengalahkan Vietnam.

Ketua Harian Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Dani Setiawan mengaku pihaknya lebih mendorong Indonesia membudidayakan lobster di dalam negeri alih-alih dieskpor.

Menurut dia, Indonesia harus mencontoh Norwegia dalam mengembangkan budidaya di dalam negeri.

Baca juga: Simpang Siur Rencana Edhy Cabut Larangan Ekspor Benih Lobster Era Susi

 

Seperti diketahui, Norwegia merupakan pembudidaya salmon yang berhasil menduduki eksportir 2 dunia meski tak selalu mudah pada awalnya.

"Mereka mulai merubah dari proses menangkap salmon menjadi budidaya yang dilakukan nelayan kecil pada tahun 1990-an. Memang melalui tahap yang tidak singkat, tapi tidak lepas dari kesungguhan mereka. Akhirnya berhasil," kata Dani di Jakarta, Kamis (9/1/2020).

Namun perlu dicatat, Dani ingin budidaya dalam negeri menciptakan persaingan pasar yang sehat, yang berimplikasi pada kesejahteraan nelayan kecil. Artinya, budidaya mesti memerhatikan kontribusi petambak kecil, bukan hanya dikuasai petambak besar.

"Jadi budidaya perlu ditumbuhkan agar manfaat budidaya ini tidak hanya diambil pemain besar tapi juga rakyat kebanyakan, sehingga kita melihat budidaya menjadi jangkar perekonomian nasional," terang Dani.

Baca juga: Susi Tidak Setuju Lobster Dibudidaya, Apa Alasannya?

Sepakat dengan Dani, Ketua Dewan Pakar KNTI Alan F Koropitan mengatakan budidaya harus memperhatikan nelayan kecil. Pasalnya, mayoritas nelayan Indonesia adalah nelayan kecil. 

Berdasarkan data KKP tahun 2018 yang dikeluarkan Pusdatin, 96 persen armada laut RI berukuran di bawah 10 GT pada 2016. Sedangkan, armada di atas 30 GT hanya berkisar 1 persen dari jumlah 543.845 kapal.

"Jadi itu memenuhi perairan kita di bawah 12 mil," kata Alan.

Selain itu, Alan menyoroti stok ikan dunia menurun 4,1 persen dalam 80 tahun terakhir. Artinya, sudah saatnya nelayan tak bergantung pada hasil tangkapan.

Belum lagi, potensi luas laut RI yang bisa digunakan untuk budidaya adalah 12 juta hektar dan baru 285.527 hektar yang digunakan. Potensi air tawar masih 2,5 juta hektar dan potensi budidaya air payau masih tersisa 2,2 juta hektar.

"Dari 2,2 juta hektar, baru 500.000-600.000 yang terpakai dan itupun sudah merajai India, Vietnam, dan China. Jadi memang harus budidaya. Tidak ada pilihan lagi selain beradaptasi (untuk budidaya)," pungkasnya.

Baca juga: Jokowi Kesal Harga Gas Industri Mahal, Ini Kata SKK Migas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3, S1, dan S2

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3, S1, dan S2

Work Smart
Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Whats New
Rupiah Tertekan, 'Ruang' Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Rupiah Tertekan, "Ruang" Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Whats New
Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Whats New
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com