Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikritik Mahathir soal Kashmir, India "Resmi" Boikot Sawit Malaysia

Kompas.com - 14/01/2020, 10:38 WIB
Muhammad Idris,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sudah beberapa kali melontarkan kritik pada Pemerintah India atas masalah yang terjadi di Kashmir.

Dilansir dari Reuters, para importir minyak mentah sawit atau crude palm oil (CPO) di India sudah sepakat untuk secara efektif menghentikan semua pembelian sawit dari pemasok mereka di Malaysia.

Meski tidak diungkapkan secara resmi, Pemerintah India telah menganjurkan para importir CPO untuk memboikot produk sawit asal Negeri Jiran itu.

Seruan boikot para pengusaha India itu sebenarnya dikeluarkan beberapa minggu lalu, bersamaan dengan langkah yang diambil Pemerintah India untuk membatasi impor CPO dan produk turunan sawit asal Malaysia.

Kebijakan itu dirilis setelah PM Malaysia Mahathir Mohamad mengkritik tindakan kekerasan India di Kahsmir, serta penerapan UU Kewarganegaraan baru yang dinilai diskriminatif kepada warga muslim.

"Secara resmi memang tidak ada larangan impor minyak sawit dari Malaysia, tetapi tak seorang pun mengimpor karena instruksi pemerintah," kata salah seorang pengusaha pemilik perusahaan pengolahan sawit terkemuka di India.

Baca juga: RI Siap Hadapi Uni Eropa Terkait Diskriminasi Sawit di WTO

Imbasnya, para importir India mengalihkan pembeliannya ke Indonesia, meski dengan harga lebih mahal sekalipun.

"Kami bisa saja tetap mengimpor CPO dari Malaysia, tetapi pemerintah sudah memperingatkan: Jangan datang kepada kami kalau pengirimanmu macet," kata seorang importir minyak sawit yang berbasis di Mumbai.

"Memangnya siapa yang mau kalau pengirimannya macet di pelabuhan," imbuhnya.

Tercatat, India saat ini merupakan importir minyak sawit terbesar di dunia. Industri dalam negerinya menyerap lebih dari sembilan juta ton CPO per tahun yang didatangkan dari Indonesia dan Malaysia.

Mahathir menolak

Sebelumnya, dikutip dari Kontan, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menegaskan, ia tidak akan menarik kembali kecamannya atas tindakan New Delhi di Kashmir, meski asosiasi minyak nabati India menyerukan boikot minyak kelapa sawit (CPO) Malaysia.

Kebuntuan bisa memperburuk apa yang Mahathir gambarkan sebagai perang dagang antara Malaysia, produsen sekaligus pengekspor CPO terbesar kedua di dunia, dan India, pembeli terbesar komoditas asal Negeri Jiran tersebut sepanjang tahun ini.

"Kami mengutarakan pendapat kami, dan kami tidak menarik atau mengubahnya," tegas Mahathir kepada wartawan di Kuala Lumpur, Selasa (22/10/2019), seperti dikutip Reuters.

"Apa yang kami katakan adalah kita semua harus mematuhi resolusi (PBB). Jika tidak, apa gunanya PBB?" ujar dia.

Solvent Extractors Association of India (SEAI) segera meminta anggotanya untuk berhenti membeli CPO Malaysia, setelah Mahathir mengatakan di Majelis Umum PBB bahwa India sudah "menyerbu dan menduduki" Kashmir, wilayah mayoritas muslim yang disengketakan juga diklaim Pakistan.

Pemerintahan Perdana Menteri India Narendra Modi mencabut otonomi khusus Kashmir wilayah India pada 5 Agustus lalu, dan menyebutnya sebagai masalah internal serta mengkritik negara-negara yang menentang keputusan tersebut.

Baca juga: Perang Dagang Indonesia-Uni Eropa: Sawit Ditolak, Nikel Bertindak

Dewan Keamanan PBB mengadopsi beberapa resolusi pada 1948 dan 1950-an tentang perselisihan antara India dan Pakistan mengenai Kashmir, termasuk yang menyatakan, plebisit harus diadakan untuk menentukan masa depan wilayah tersebut.

Mahathir mengatakan, Malaysia akan mempelajari dampak boikot SEAI yang berbasis di Mumbai dan mencari cara untuk mengatasi masalah ini.

"Ini bukan Pemerintah India, jadi kami harus mencari tahu, bagaimana kami bisa berkomunikasi dengan orang-orang ini, karena perdagangan adalah hal dua arah dan itu buruk untuk apa yang menyebabkan perang dagang," katanya.

New Delhi sejauh ini menolak untuk mengomentari seruan boikot dari SEAI tersebut.

Mengacu data Pemerintah India, ekspor Malaysia termasuk CPO ke India bernilai 10,8 miliar dollar AS pada tahun fiskal 2018 yang berakhir pada 31 Maret lalu, sedangkan impor mencapai 6,4 miliar dollar AS.

India adalah tujuan ekspor terbesar ketiga Malaysia pada 2018 untuk minyak sawit dan produk-produk turunannya senilai 6,84 miliar ringgit (1,63 miliar dollar AS).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com