Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Truk Khawatir Tol Japek Layang Malah Bikin Tambah Macet

Kompas.com - 19/01/2020, 09:20 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek atau Japek II Elevated telah resmi dibuka sejak pertengahan Desember tahun lalu. Tol layang diharapkan dapat mengurai kemacetan di Tol Japek yang kerap kali terjadi.

Kendati begitu, para pengusaha armada truk mengkhawatirkan efek lanjutan dari operasinya tol yang memiliki panjang 38 kilometer ini. Meski truk yang masuk sebagai golongan kendaraan berat, memang dilarang melintas di tol layang.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengungkapkan, pihaknya khawatir pada waktu-waktu tertentu saat ada kepadatan di kedua tol, baik atas maupun bawah, malah akan memicu bottleneck di pertemuan kedua tol.

Apalagi, kata Gemilang, keberadaan tol akan memicu semakin banyak orang membeli kendaraan pribadi.

"Kalau sekarang kan memang dengan adanya elevated tol bisa mengurangi kepadatan di jalur lama (tol bawah). Nah dengan adanya penambahan tol ini, semakin memicu orang beli mobil pribadi," ujar Gemilang kepada Kompas.com, Minggu (19/1/2020).

Dia mengibaratkan, laju pertambahan jalan tol seperti bom waktu. Jika tak ada penanganan solusi kemacetan jangka panjang, pembangunan infrastruktur tol malah akan membuat arus kendaraan dari dan ke Jakarta semakin padat di masa mendatang, khususnya dari arah Karawang dan Bekasi.

Baca juga: Organda Protes Bus Dilarang Lewati Tol Layang Japek

Imbasnya bagi pengusaha logistik, lanjut Gemilang, akan semakin menambah ongkos pengiriman karena macet yang semakin parah.

"Sekarang logikanya begini saja, kemarin ada pembatasan kendaraan ganjil-genap (di Jakarta) saja sudah sering macet dari arah Bekasi. Kalau nggak ada kebijakan baru, malah semakin banyak pertumbuhan mobil (pribadi)," ungkap Gemilang.

Dia mengkhawatirkan, kendaraan yang semakin padat dari tahun ke tahun ini bisa malah membuat kemacetan parah di pertemuan ruas tol yang masuk ke tol dalam kota. Lanjut Gemilang, di Pintu Tol Cawang salah satu contohnya.

"Macetnya kan pindah (sebagian) dari bawah ke atas, kemudian tolnya macet (atas dan bawah), keluar Cawang mau masuk ke arah Tomang, karena ada tol (elevated), kendaraan ke Jakarta dari arah Timur semakin banyak. Dulunya macet di Cikampek, nanti macetnya makin terdorong ke arah Jakarta," jelasnya.

Menurut Gemilang, dalam beberapa kesempatan, asosiasi logistik beberapa mengingatkan pemerintah agar ada kebijakan riil pembatasan kendaraan pribadi dalam jangka panjang.

"Kalau nggak ada kebijakan pembatasan, gerakan mobil pribadi makin lambat. Seberapa puluh infrastruktur dibangun, nggak akan cukup dibandingkan dengan pertumbuhan laju kendaraan pribadi," ucap Gemilang.

Dia menuturkan, potensi lonjakan arus kendaraan dari Timur ke Jakarta pasca beroperasinya Tol Elevated Japek harus diwaspadai.

"Jadi secepatnya diambil kebijakan, entah itu parkirnya dimahalin. Entah itu ERP (electronic road pricing) dijalankan segara, atau apalah, yang penting harus segera dilakukan," ungkap Gemilang.

Baca juga: Kemenhub Tuding Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Jadi Biang Banjir di Tol Japek

Soal kendaraan berat seperti truk yang dilarang masuk Tol Japek layang, hal tersebut tak dipermasalahkan para pengusaha truk angkutan logistik.

"Mau lewat atas, mau truk ditaruh di bawah, sama saja. Asal nggak macet. Sama satu lagi, kita harap beban logistik jangan terlalu mahal, beban logistik sudah tinggi, kalau bisa ya diturunkan," kata Gemilang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Whats New
PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

Whats New
Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Whats New
LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

Whats New
Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com