Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Ada BKPM, Mengapa Luhut Sibuk Urus Investasi?

Kompas.com - 21/01/2020, 15:31 WIB
Muhammad Idris,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, agenda Luhut Binsar Pandjaitan banyak dikerahkan untuk urusan investasi, khususnya investasi asing.

Tugasnya mengurus investasi itu sejalan dengan perubahan nomenklatur kementerian yang dipimpinnya yang sebelumnya bernama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

Di sisi lain, tugasnya ini bersinggungan dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang juga jadi payung mengkoordinir seluruh kementerian lembaga (K/L) dalam urusan mempermudah arus investasi.

Dikutip dari Harian Kompas, Selasa (21/1/2020), Luhut menepis jika tugasnya banyak bersinggungan dengan pekerjaan rumah BKPM.

Selain itu, meski sibuk mengurusi investasi, bukan berarti tugas koordinasi di sektor kemaritiman dianaktirikan.

"Presiden ingin lebih fokus pada investasi. Untuk mengurangi defisit transaksi berjalan, ekspor kita harus meningkat. Saya enggak tahu pertimbangan presiden (memilih saya)," ujar Luhut.

Baca juga: Menko Luhut Minta Koruptor Jiwasraya Dimiskinkan

Terlebih, sambungnya, dirinya juga banyak berurusan dengan investor asal China saat masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman.

"Mungkin selama ini saya banyak mengurusi investasi dari China dan (investasi) kelihatan berjalan. Dari semula (mengurus investasi) China, sekarang mengurus semua," ucap mantan Komandan Kopassus ini.

"Investasi luar biasa perubahannya karena kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia semakin baik," tambahnya.

Dia mengklaim tugasnya yang banyak berkaitan dengan koordinasi investasi, tidak akan saling tumpang tindih dengan apa yang dilakukan BKPM.

"Semua (urusan) investasi di kami. Akan tetapi, tak perlu juga rebutan (dengan kementerian/instansi lain) karena terlalu banyak yang harus dikerjakan. Negara ini besar," tegas Luhut.

Menurut Luhut, dirinya juga saling berkomunikasi dan berbagi tugas dengan BKPM dalam upaya-upaya menarik investor.

"Tak masalah. BKPM tinggal eksekusi (investasi) yang saya dorong. Mungkin karena senioritas saya, pengalaman saya, saya diberi (tugas koordinasi investasi) agar lebih gampang," ungkap Luhut.

Luhut melanjutkan, selain berkutat dengan investasi, dirinya tetap fokus menjalankan tugas koordinasi di bidang kemaritiman.

"Di aspek kemaritiman, kami melanjutkan yang sudah dicapai lima tahun ini, baik pemetaan laut, perbatasan laut, maupun perjanjian perbatasan yang belum selesai," kata Luhut.

"Kami menghitung berapa hub (pelabuhan titik kumpul) yang diperlukan. Studi Bappenas, jika direct call (ekspor rute langsung) ke negara tujuan hanya dibuat di beberapa pelabuhan, biaya logistik bisa turun 35 persen," tambahnya.

Baca juga: Menko Luhut Berkilah Tolak Tawaran Investasi Softbank di Ibu Kota Baru

Dikatakannya, dirinya tak akan setengah-setengah menjalankan tugas mengurus investasi. Bahkan, dia kerap turun gunung langsung menjemput investor.

"Di aspek investasi, semua berjalan paralel. Saya kira (nilai investasi) mendekati 200 miliar dollar AS bahkan lebih dalam empat tahun ke depan. Orang sudah percaya kita, aturan omnibus law jalan, trust jalan," kata dia.

"Dulu, investor kesulitan mencari saya, menteri, karena birokrasi. Sekarang, saya yang panggil investor, menanyakan apa yang harus saya buat supaya investasi jalan," katanya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com