Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham Garuda Merah Usai RUPSLB, Ini Kata Analis

Kompas.com - 23/01/2020, 17:00 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan kode emiten GIAA berada di zona merah sejak pembukaan bursa saham pagi ini, Kamis (23/1/2020).

Saham Garuda terpantau melemah pasca Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) kemarin, Rabu (22/1/2020).

Hingga pukul 16.00, saham Garuda bertengger pada level Rp 424 per lembar saham, melemah 16 poin atau 3,64 persen. Pada penutupan perdagangan kemarin, saham GIAA berada pada level Rp 440 per lembar saham.

Baca juga: Irfan Setiaputra Resmi Ditunjuk Menjadi Dirut Garuda Indonesia

Pelemahan saham GIAA ini lantas dinilai sebagai efek dari pemilihan direksi dan jajaran komisaris. Namun, menurut analis pasar modal Satrio Utomo, hal ini tidak semata karena pengumuman tersebut.

"Sebenarnya market kita overall memang mengalami krisis saham lapis kedua ini. Dan fund manager itu banyak yang lepas posisi. Itu yang membuat sebagian koreksi besar terjadi pada saham lapis kedua asalnya dari sana," kata Satrio kepada Kompas.com, Kamis (23/1/2020).

Dalam RUPS, diputuskan perombakan struktur organisasi dimana komisaris utama adalah Triawan Munaf, Wakil Komisaris Utama adalah Chairal Tanjung, Komisaris Independen adalah Elisa Lumbatoruan dan Yenny Wahid, kemudian Komisaris Peter F Gontha.

Sementara itu Direktur Utama dipegang oleh Irfan Setiaputra dan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko dipegang oleh Fuad Rizal.

Baca juga: Ini Pesan Khusus Erick Thohir untuk Bos Garuda yang Baru

Satrio menilai penunjukan direktur utama dan komisaris bukanlah hal yang berpengaruh. Namun, ini lebih kepada pemilihan Fuad Rizal yang tetap menjabat sebagai Direktur Keuangan Garuda.

Menurutnya Garuda acap kali membuat kesalahan dalam laporan keuangan. Keputusan ini tentunya mempertaruhkan nama Menteri BUMN Erick Thohir yang susah mempertahankan posisi Fuad Rizal.

"Kalau komisaris itu cocok enggak cocok, enggak ada pengaruhnya. Toh Yenny Wahid sebagai intelektual tidak perlu diragukan. Tapi kalau direktur keuangan kok jadi aneh," jelasnya.

Ia menambahkan kasus Garuda ada dua, penyalahgunaan jabatan oleh mantan Dirut Ari Askhara dan masalah laporan keuangan.

"Kalau saya lebih cenderung baiknya jangan beliau. Karena kan, track record-nya tercemar, tapi ini sudah diputuskan. Kita lihat saja apakah ini kesempatan kedua memang worth it," tegasnya.

Baca juga: Ini Alasan Erick Thohir Masih Pertahankan Fuad Rizal di Direksi Garuda

Di sisi lain ia menyebut pasar berharap Garuda bisa menjadi salah satu saham blue chip di bursa saham Indonesia. Namun sejak GIAA melantai hal ini justru tak terjadi.

"Ya sebenarnya Garuda itu harusnya dia mampu menjadi salah satu saham blue chip di bursa kita. Tapi sejak melantai dia lebih banyak kasus daripada prestasi. Performance Garuda di pasar modal masih jauh dari harapan," tegasnya.


Jika dklihat secara grafik, sejak satu bulan terakhir saham GIAA memang menunjukkan penurunan yang cukup tajam, dibandingkan level senelumnya yang sempat menduduki level Rp 480mper saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com