"Sekarang sudah mendekati padat," ujar dia.
Baca juga: Freeport Minta Pemerintah Tarik Investor Demi Serap Tembaga
Setelah proses ini rampung, Freeport akan langsung melakukan konstruksi smelter tembaga. Dengan demikian, proses pembangunan fisik smelter ditargetkan mulai pada semester II tahun ini.
"Kira-kira semester II tahun ini dibuat, 2023 mudah-mudahan selesai," katanya.
Dengan akan beroperasinya smelter, Freeport meminta pemerintah untuk menarik investor asing membangun pabrik yang bisa menyerap lempengan tembaga hasil produksi.
Pasalnya, saat ini Freeport melalui PT Smelting sudah bisa memurnikan 1 juta ton konsentrat tembaga setiap tahunnya.
Namun, pabrik-pabrik dalam negeri hanya mampu menyerap 50 persen dari hasil pemurnian tersebut. Sementara sisanya masih diekspor ke luar negeri.
"Jadi Freeport menghasilkan konsentrat, kemudian melalui smelting menghasilkan produk katoda, lempengan katoda. Yang diserap industri (dalam negeri) hanya 50 persen," tutur Riza.
Baca juga: Saat Bos Inalum Analogikan Manajemen Freeport dengan Mohammad Salah
Tidak terserapnya lempengan tembaga Freeport diproyeksi akan semakin meningkat apabila nantinya pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter tembaga di Gresik beroperasi.
Sebab, smelter Gresik yang rencananya mulai beroperasi pada tahun 2023 diperhitungkan mampu memproduksi lempengan katoda dengan kapasitas 2 juta ton.
Maka, secara total, smelter-smelter yang dimiliki Freeport akan mampu memproduksi lempengan katoda dengan kapasitas 3 juta ton.
Apabila pemerintah tidak mampu menarik investor dan menambah pelaku industri, maka diyakini lempengan konsentrat yang tidak terserap pelaku usaha dalam negeri akan semakin tinggi.
Baca juga: 2023, MIND ID Targetkan Setoran Dividen Freeport Rp 14 Triliun
Riza menilai hal ini berlawanan dengan visi pemerintah yang ingin fokus mendorong nilai tambah melalui hilirisasi.
"Pemerintah ingin meningkatkan hilirisasi, makanya dibangun smelter kedua. Tapi, ini kan belum ada pabrik-pabrik lagi yang menampung," tuturnya.
Menurut dia, produk dari smelter bukanlah suatu bentuk hilirisasi yang benar. Pasalnya, nilai tambah dari konsentrat ke lempengan tembaga tidak lebih dari 5 persen.
"Tembaga yang kita hasilkan nilai tambahnya sudah 95 persen, kemudian yang dimurnikan jadi 100 persen," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.