JAKARTA, KOMPAS.com - PT Freeport Indonesia menyatakan, salah satu fokus yang akan dilakukan perusahaan pada tahun ini adalah dan peralihan aktivitas di tambang terbuka ke tambang bawah tanah atau underground pit Grasberg.
Vice President Corporate Communications Freeport Indonesia Riza Pratama menyebutkan, cadangan mineral yang ada di tambang terbuka atau open pit Grasberg sudah habis.
Ia bahkan memastikan bahwa sudah tidak ada aktivitas yang dilakukan di open pit Grasberg.
"Open pit-nya sudah selesai. Sudah dibilang enggak ada aktivitas lagi di sana," kata dia di Jakarta.
Baca juga: Freeport: Sudah Tidak Ada Lagi Aktivitas di Tambang Terbuka Grasberg
Dengan berhentinya aktivitas tambang di open pit, Riza mengakui adanya penurunan produksi mineral dalam kurun waktu dua tahun ke belakang.
Pasalnya, saat ini pengoperasian underground pit belum terlalu maksimal.
Oleh karenanya, Freeport tahun ini akan fokus mengembangkan sekaligus mengoperasikan tambang yang berada di bawah tanah atau underground pit Grasberg.
"Semua (penambangan) akan difokuskan underground," ujar dia.
Sejak tahun lalu hingga tahun ini, produksi tambang diproyeksi akan berada di angka 120.000 ton ore per hari.
"Baru pada tahun 2022 balik lagi 200.000 ton ore," kata Riza.
Baca juga: Apa Kabar Proyek Smelter Freeport? Ternyata Masih Pemadatan Tanah
Selain fokus mengembangkan underground pit, Freeport juga berencana mulai melakukan pembangunan fisik pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) tahun ini.
Riza menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan proses pemadatan tanah di lahan seluas 100 hektar yang bakal dibangun smelter.
Hal ini dilakukan Freeport untuk memperkuat tanah di lahan tersebut. Pasalnya, lahan yang sebelumnya dimiliki oleh PT Pelindo III itu memiliki kandungan air yang cukup tinggi.
"Sekarang itu sedang memadatkan tanah. Karena itu bekas tambak, pond. Tanahnya harus dipadatin dulu, dikeluarkan airnya," kata dia.
Riza menjelaskan, proses pemadatan tanah ini memerlukan waktu 18 bulan. Sehingga, proses pemadatan yang sudah dilakukan sejak akhir tahun 2018 ini diharapkan rampung pada pertengahan 2020.