Peter F Gontha memang pernah menjadi Vice President American Express (AMEX) Bank untuk Asia.
Pada periode 1990/1991, setelah lebih kurang sembilan tahun beroperasi, aset usaha grup swasta nasional itu berkembang luas pada 11 jalur kelompok bisnis dengan 113 perusahaan, menyusul terbentuknya satu jaringan usaha baru, yakni Kelompok Komunikasi, Penyiaran, dan Publikasi.
Kelompok baru itu meluas dengan tiga perusahaan televisi, antara lain PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) dengan 65 persen aset Bimantara, dan PT Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) yang merupakan usaha patungan Bimantara dengan bos Subentra Group Sudwikatmono, dan bos Napan Group Henry Pribadi.
Sedangkan pada jaringan usaha telekomunikasi, dikembangkan empat perusahaan, antara lain PT Elektrindo Nusantara (telepon genggam) dengan aset 50 persen Bimantara dan 50 persen NEC Sumitomo.
Kemudian, PT Mediacitra Indostar (satelit) dengan komposisi 30 persen saham Bimantara, 40 persen saham PT Telkom, dan sisanya terbagi pada tiga pihak, yakni Ny. Siti Hardiyanti, PT Seruni Sejati, dan Departemen Penerangan.
Kedua jaringan dalam kelompok baru itu masih ditambah lagi dengan jaringan usaha radio FM, media cetak, dan periklanan, yang membawahkan dua perusahaan radio, yakni PT Radio Tri Jaya Sakti (Jakarta) dan PT Radio Surya Cakra FM (Surabaya).
Baca juga: Sosok Elisa Lumbantoruan, dari Bos Lahan Parkir ke Komisaris Garuda
Dua media cetak yakni PT Citra Media Nusa Purnama (Harian "Media Indonesia") dan PT Vista Yama (Majalah "Vista"), serta satu perusahaan periklanan PT Postindo Promodio Audiovisual yang bergerak dalam bidang iklan televisi.
Peter F Gontha juga pernah menjabat sebagai Komisaris Plaza Indonesia, perusahaan lain yang terafiliasi dengan Bimantara Grup milik Bambang Trihatmodjo. Kemudian menjabat direksi di RCTI, perusahaan televisi swasta pertama di Indonesia milik keluarga Cendana.
Peter F Gontha lewat perusahaannya PT Sinar Estetika juga pernah berkongsi dengan Siti Hediati Prabowo melalui PT Maharani Paramitra.
Keduanya menggandeng PT Mulialand membangun kompleks apartemen Taman Anggrek di Slipi (Jakarta Barat), yang dilengkapi pusat perbelanjaan terbesar di Asia Tenggara.
Proyek besar ini didanai Mulia Group dengan menawarkan 147 juta lembar saham Mulialand kepada masyarakat, atau 30 persen dari total saham PT Mulialand.
Sebanyak 58 persen hasil penjualan saham itu kelak akan digunakan untuk membiayai Proyek Taman Anggrek Mall & Condominium yang terdiri dari 2.800 unit apartemen di delapan menara (tower) setinggi 45 lantai, termasuk enam lantai pusat pertokoan.
Baca juga: Triawan Munaf hingga Yenny Wahid Masuk Jajaran Komisaris Garuda Indonesia
Dana hasil go public itu juga digunakan untuk pembangunan Gedung BRI III dan pengadaan lahan untuk pengembangan Mulialand di masa depan.
Mulialand adalah holding company Mulia Group untuk divisi properti, yang memiliki enam anak perusahaan. Hingga kini, Mulialand memiliki enam gedung perkantoran, yakni Lippo Life Building, Kuningan Plaza, Mulia Tower, Gedung BRI II, Mulia Center, dan Plaza 89.
Taman Anggrek dibangun pada areal 64.000 meter persegi oleh anak perusahaan Mulialand, PT Mulia Intipelangi, yang sahamnya dimiliki Mulialand (70 persen), Siti Hediati (22,5 persen), dan Peter Gontha 7,5 persen.
Pusat pertokoannya selesai dibangun tahun 1995 dan apartemennya tahun 1996.
Pendapatan Mulialand tahun 1993 sebesar Rp 125 miliar dan tahun 1994 diperkirakan meningkat menjadi Rp 367 miliar akibat penjualan Apartemen Taman Anggrek senilai Rp 201 miliar, serta kenaikan tingkat hunian perkantoran.
Laba perseroan diperkirakan meningkat dari Rp 68 miliar tahun 1993 menjadi Rp 178 miliar tahun 1994, sedangkan laba bersih setelah pajak naik dari Rp 25 miliar menjadi Rp 122 miliar.
Baca juga: Ini Alasan Erick Thohir Masih Pertahankan Fuad Rizal di Direksi Garuda
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.