Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stasiun Garut, Kenangan Charlie Chaplin dan Pelesiran Orang Belanda

Kompas.com - 26/01/2020, 16:09 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalur kereta api peninggalan Belanda dari Stasiun Cibatu menuju Stasiun Garut selesai diaktivkan kembali (reaktivasi). Jalur ini sebelumnya mati dan tak lagi digunakan selama 36 tahun atau sejak Orde Baru.

Dikutip dari Heritage PT Kereta Api Indonesia (Persero), Stasiun Cibatu didirikan pada tahun 1889 saat banyak perkebunan parktikelir Belanda bermunculan di Priangan.

Stasiun ini dibangun setelah diresmikannya jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Cicalengka dengan Cilacap oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api milik Pemerintah Belanda.

Pada tahun 1926 dibuka jalur baru yang menghubungkan Cibatu dengan Cikajang. Jalur kereta api Cibatu-Cikajang tercatat sebagai relasi jalur yang melewati rute jalur tertinggi di pulau Jawa (+ 1200 m).

Namun sejak tahun 1983 jalur kereta api Cibatu-Cikajang sudah tidak beroperasi lagi.

Pada era kolonial Belanda, Stasiun Cibatu merupakan stasiun primadona karena menjadi tempat pemberhentian wisatawan Eropa yang ingin berlibur ke daerah Garut.

Dalam buku Seabad Grand Hotel Preanger 1897-1997 yang ditulis oleh Haryoto Kunto, antara tahun 1935-1940 setiap hari di stasiun Cibatu diparkir selusin taksi dan limousine milik hotel-hotel di Garut.

Baca juga: Mati Sejak Orde Baru, Rel Cibatu-Garut Kini Bisa Dilintasi Kereta Api

Hotel-hotel di Garut begitu ramai saat itu, di antaranya Hotel Papandayan, Villa Dolce, Hotel Belvedere, Hotel Van Hengel, Hotel Bagendit, Villa Pautine, dan Hotel Grand Ngamplang.

Saat itu daerah Garut dengan kondisi alamnya yang indah memang merupakan daerah favorit wisatawan yang berasal dari Eropa.

Komedian legendaris Charlie Chaplin pada tahun 1927 pernah menjejakkan kakinya di stasiun ini. Saat itu Charlie Chaplin bersama aktris Mary Pickford sedang dalam perjalanan liburan ke Garut.

Selain Chaplin, tokoh lain yang tercatat menjejakkan kaki di Stasiun Cibatu adalah Georges Clemenceau. Mereka adalah pendiri koran La Justice (1880), L’Aurore (1897), dan L’Homme Libre (1913) sekaligus penulis politik terkemuka.

Clemenceau menjadi Perdana Menteri Perancis dalam dua periode, yakni 1906-1909 dan 1917-1920.

Setelah kemerdekaan Indonesia, tahun 1946, Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir Soekarno, juga sempat berkunjung ke stasiun Cibatu dalam rangkaian perjalanan menggunakan kereta api luar biasa melalui jalur selatan.

Sepanjang perjalanan tersebut, rakyat di kota-kota kecil meminta Soekarno untuk turun di setiap stasiun (termasuk stasiun Cibatu) dan berpidato.

Charlie Chaplin datang dua kali

Dikutip dari National Geographic, Kisah kunjungan Chaplin ke Garut itu secara turun-menurun hidup dan tertanam di benak warga Garut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com