JAKARTA, KOMPAS.com - Jalur kereta api peninggalan Belanda dari Stasiun Cibatu menuju Stasiun Garut selesai diaktivkan kembali (reaktivasi). Jalur ini sebelumnya mati dan tak lagi digunakan selama 36 tahun atau sejak Orde Baru.
Dikutip dari Heritage PT Kereta Api Indonesia (Persero), Stasiun Cibatu didirikan pada tahun 1889 saat banyak perkebunan parktikelir Belanda bermunculan di Priangan.
Stasiun ini dibangun setelah diresmikannya jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Cicalengka dengan Cilacap oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api milik Pemerintah Belanda.
Pada tahun 1926 dibuka jalur baru yang menghubungkan Cibatu dengan Cikajang. Jalur kereta api Cibatu-Cikajang tercatat sebagai relasi jalur yang melewati rute jalur tertinggi di pulau Jawa (+ 1200 m).
Namun sejak tahun 1983 jalur kereta api Cibatu-Cikajang sudah tidak beroperasi lagi.
Pada era kolonial Belanda, Stasiun Cibatu merupakan stasiun primadona karena menjadi tempat pemberhentian wisatawan Eropa yang ingin berlibur ke daerah Garut.
Dalam buku Seabad Grand Hotel Preanger 1897-1997 yang ditulis oleh Haryoto Kunto, antara tahun 1935-1940 setiap hari di stasiun Cibatu diparkir selusin taksi dan limousine milik hotel-hotel di Garut.
Baca juga: Mati Sejak Orde Baru, Rel Cibatu-Garut Kini Bisa Dilintasi Kereta Api
Hotel-hotel di Garut begitu ramai saat itu, di antaranya Hotel Papandayan, Villa Dolce, Hotel Belvedere, Hotel Van Hengel, Hotel Bagendit, Villa Pautine, dan Hotel Grand Ngamplang.
Saat itu daerah Garut dengan kondisi alamnya yang indah memang merupakan daerah favorit wisatawan yang berasal dari Eropa.
Komedian legendaris Charlie Chaplin pada tahun 1927 pernah menjejakkan kakinya di stasiun ini. Saat itu Charlie Chaplin bersama aktris Mary Pickford sedang dalam perjalanan liburan ke Garut.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.