Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham di Berbagai Bursa Asia Rontok akibat Wabah Corona

Kompas.com - 27/01/2020, 22:00 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNBC

HONG KONG, KOMPAS.com - Pasar saham global bergolak ketika virus corona dari China menyebar. Investor di seluruh dunia juga dibuat panik oleh penyebaran wabah sevara cepat. Efeknya pasar saham di seluruh dunia turun tajam pada Senin (27/1/2020).

Mengutip CNBC, virus telah terdeteksi di AS, Singapura, Korea Selatan, Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Malaysia, dan Vietnam.

Saham Pan-Eropa Stoxx 600 turun 1,7 persen di awal sesi perdagangan, sementara di AS, Dow futures mengindikasikan penurunan hampir 400 poin pada pembukaan pasar saham di Wall Street.

Baca juga: BI: Sentimen Virus Corona Sebabkan Capital Outflow di Bursa Saham

Sementara sebagian besar pasar di Asia juga jeblok, di mana saham Nikkei 225 Jepang turun lebih dari 2 persen dalam perdagangan sore ini, sementara Topix turun 1,6 persen.

Kepala Analis Bank Danske Allen von Mehren mengatakan, ekonomi China kemungkinan akan mengalami pukulan jangka pendek dan kemungkinan mengalami penurunan PDB (produk domestik bruto) satu poin persentase pada paruh pertama 2020.

“Epidemi SARS (2003) berlangsung tiga hingga empat bulan tetapi sulit untuk mengatakan apakah Corona akan seperti SARS. Sementara respons pemerintah lebih cepat, namun Corona menyebar lebih cepat dan terlalu dini untuk melihat kapan wabah ini akan usai," kata von Mehren.

Aset safe haven juga terlihat melonjak pada hari ini. Emas berjangka diperdagangkan naik 0,78 persen tepat di bawah 1.582,6 dollar AS per gram di awal sesi perdagangan Eropa. Yen Jepang juga menguat menjadi 109 per dollar AS. Franc Swiss juga terlihat menguat.

Goverment bond juga melonjak, dan membuat imbal hasil obligasi jatuh, dimana Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun turun menjadi 1,62 persen hingga mencapai titik terendah sejak Oktober. Sementara yield obligasi treasury bertenor 30 tahun juga turun menjadi 2,08 persen.

Analis Danske Bank memproyeksikan, sektor jasa China kemungkinan akan menerima pukulan keras kali ini dan lebih parah dibanding epidemi SARS.

Dari perspektif global, China sekarang menyumbang 19 persen dari ekonomi global dalam hal penyesuaian paritas daya beli (PPP). Sementara tahun 2003, China berada pada posisi 9 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com