Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag AS: Wabah Corona Bisa Dongkrak Lapangan Kerja di Negeri Paman Sam

Kompas.com - 31/01/2020, 14:40 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Amerika Serikat Wilbur Ross mengatakan wabah virus corona mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian negara adidaya tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan televisi setempat yang dikutip oleh BBC, Jumat (31/1/2020) Ross mengatakan wabah virus yang telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai status gawat darurat kesehatan global bisa mendongkrak pertumbuhan pekerjaan di kawasan Amerika bagian utara.

Hingga saat ini, persebaran wabah virus corona yang begitu cepat telah menimbulkan kekhawatiran bakal berdampak terhadap perekonomian China dan global.

Pernyataan Ross tersebut mendapat kecaman dari para kritikus pemerintahan Presiden Donald Trump.

Baca juga: Status Virus Corona Gawat Darurat, IHSG Jeblok di Bawah Level 6.000

Di dalam sebuah wawancara dengan Fox Business mengenai risiko wabah terjadap perekonomian Amerika Serikat, Ross tak menilai dirinya tidak ingin mengungkapkan dampak dari wabah yang telah menyababkan ratusan jiwa meninggal dan ribuan lainnya terinfeksi.

"Saya tidak ingin membicarakan kemenangan atas penyakit yang sangat disayangkan dan sangat ganas ini," ujar dia.

"Namun faktanya adalah, hal tersebut memberikan pertimbangan-pertimbangan bagi dunia bisnis dan meninnjau ulang rantai pasokan mereka. Jadi saya pikir inni akan mengembalikan pertumbuhan pekerjaan di kawasan Amerika Utara," ujar dia.

Departemen Perdagangan Amerika Serikat pun kemudian memberikan keterangan atas pernyataan Ross tersebut.

Mereka mengatakan, hal pertama yang menjadi perhatian pemerintah adalah mengendalikan persebaran virus dan membantu para korban penyakit tersebut.

"Penting juga untuk mempertimbangkan konsekuensi melakukan bisnis dengan negara yang memiliki sejarah panjang dalam menutupi risiko bagi rakyatnya sendiri dan seluruh dunia," ujar juru bicara Departemen Perdagangan.

Sebagai informasi, setidaknya 213 orang telah meninggal akibat virus Corona yang pertama muncul di Wuhan, Provinsi Hubei China. Virus tersebut telah tersebar ke 18 negara lain di dunia.

Para ekonom mengatakan virus corona jenis baru tersebut bisa memiliki dampak yang lebih besar pada ekonomi dunia daripada epidemi sindrom pernafasan akut parah (SARS).

Pada tahun 2002-2003 lalu SARS telah menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan menyebabkan lebih dari 700 kematian dan diperkirakan menyebabkan perekonomian rugi hingga 30 miliar dollar AS.

Saat ini, virus corona telah membuat banyak perusahaan global termasuk raksasa teknologi, produsen mobil dan perusahaan manufaktur lain untuk sementara waktu ditutup di China.

Pasalnya, China saat ini tengah merayakan Tahun Baru Imlek yang diperpanjang dan pembatasan perjalanan hampir di seluruh negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com