Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kokumi, Kesuksesan Berbisnis Berawal dari Perencanaan yang Matang

Kompas.com - 31/01/2020, 21:54 WIB
Wayan A. Mahardhika,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepopuleran minuman dengan bahan dasar boba tampaknya menjadi tren bisnis dalam dunia bisnis makanan dan minuman. Hal ini terutama untuk menyasar millenial.

Memanfaatkan tren boba, Jacqueline Karina akhirnya berhasil membuat produk dari boba sendiri yang diberi nama Kokumi.

Kokumi sendiri dilahirkan pada tahun 2018 dengan logo kuda unicorn yang berkonsepkan "spread your happiness" atau membagikan kebahagiaan.

Baca juga: Kalau Mau Berbisnis, Apakah Harus Kuliah Dulu?

"Konsepnya unicorn itu seperti keindahan yang bisa dilihat atau dirasakan oleh "virgin" atau bisa dikatakan millenial," ucapnya, Jumat (31/1/2020).

Dengan konsep itu harapannya Kokumi bisa menyentuh kebahagiaan millenial.

Sebelum memulai Kokumi sendiri Jacqueline Karina tak sembarangan memulai bisnisnya.

Wanita lulusan jurusan Food Science and Technology Universitas Pelita Harapan tersebut memang memiliki segudang pengalaman sebelum memulai bisnisnya.

Dilansir dari laman linkedin Jacqueline, tahun 2007 sendiri dirinya sudah bekerja di perusahaan bidang makanan dan minuman yaitu Symrise AG dan Firmenich.

Pengalamannya pun membuat dirinya mampu membuat usaha lebih matang lagi. Dia sendiri mengakui usahanya murni self funding dan tidak melakukan pinjaman.

"Perjalanannya sebenarnya personal funding tak ada loan, kami mau growth with profit," ucapnya.

Selain modal tanpa hutang, dia juga tak sembarangan memulai bisnisnya. Dirinya mengatakan bahwa menentukan demografi adalah hal yang penting dalam memulai bisnis.

"Saya pertama cari demografis saya liat kurva di Indonesia dari umur 0-70 dan saya liat pasar saya millenial sebagai potensial spender," ucapnya.

Dengan melihat demografis tersebut Kokumi akhirnya bisa menempatkan posisinya sebagai minuman untuk kaum millenial yang mempunyai potensi membeli produk yang dijualnya.

Tidak hanya sebatas pada gaya penjualannya millenial, namun dia juga percaya timnya juga harus dikalangan millenial. Dia mengatakan rata-rata orang yang bekerja dirinya adalah millenial.

Meski memiliki prinsip dan konsep millenial, namun dia juga berpikir agar bisnis harus tetap relevan setiap saat.

"Harus tetap relevan tetapi kita dinamis dengan tidak mengorbankan value atau prinsip. relevan adalah cara kita mensampaikan produk kita sesuai zaman," katanya.

Misalnya saja jika pelanggan mulai bosan dengan rasa Kokumi, maka Jacqueline akan coba membuat rasa baru atau sesuatu yang unik sesuai dengan konsep dari bisnisnya.

Sampai saat ini Kokumi sendiri sudah berhasil membuka 34 outlet dan rencananya pada Febuari ini Kokumi akan membuka 65 outlet. Untuk omzet sendiri ia mengakui bisa mencapai ratusan juta dalam satu bulan saja.

"Satu tahun ini kokumi sudah 34 outlet jalan 65 ke Febuari," ucap Jacqueline.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com