Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Corona ke RI Semakin Terbatas, Saatnya Kembali Masuk ke Pasar

Kompas.com - 03/02/2020, 17:04 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wabah virus corona menambah satu lagi ketidakpastian ekonomi global hingga turut mewarnai sentimen di pasar khususnya pasar saham.

Terbukti sejak sebulan terakhir, indeks harga saham gabungan (IHSG) telah terkoreksi sebesar 3 persen.

Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi mengatakan, penyebaran virus corona yang begitu cepat memang sempat membuat sejumlah investor wait and see terhadap penyebarannya di Indonesia.

Baca juga: Akibat Virus Corona, 5 Industri Ini Diprediksi Bakal Anjlok

Namun dengan berbagai langkah pencegahan dan gerak cepat pemerintah, hal itu membuat sentimen virus corona terhadap pasar saham mulai terbatas.

‘’Dengan koreksi saham yang telah terjadi, sekarang adalah saat yang tepat untuk kembali masuk ke pasar saham dengan nilai valuasi yang wajar,’’ ujar Lucky Ariesandi dalam siaran pers, Senin (3/2/2020).

Lucky kemudian mengacu pada pengalaman penyebaran virus SARS pada 2003 dan flu burung pada 2005-2007 lalu. Dia bilang, tidak ada dampak yang berarti bagi pasar saham maupun obligasi.

"Kami percaya hal yang sama juga akan terjadi (saat virus corona mewabah)," papar  Lucky.

Peluang Tingkatkan Produksi

Lebih lanjut Lucky menjelaskan, virus yang bermula dari Wuhan ini memang akan mempengaruhi komoditas global. Sebab China merupakan importir terbesar untuk batubara, nikel, dan tembaga. China juga merupakan importir terbesar kedua untuk gas dan emas, serta importir terbesar ketiga untuk CPO.

"Sehingga bila penyebaran virus ini berkepanjangan, akan berpengaruh terhadap harga komoditas tersebut, juga bagi ekspor Indonesia yang sekitar 30 persen adalah kontribusi dari ekpor non-migas," terang Lucky.

Namun, dampaknya bagi impor RI tidak akan besar, mengingat perusahaan di Hubei yang terkait dengan Indonesia seperti Yangtze Optical Fible and Cable (YOFC) dan Xiaomi, telah memiliki fasilitas perakitan di RI.

"Justru, pandemik virus bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi. Sebab kompetisi dari Cina berkurang terutama untuk baja dan serat optic," ungkap Lucky.

Pariwisata Terpukul

Adapunsektor yang kemungkinan terdampak cukup besar bagi perekonomian RI datang dari pariwisata.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), wisatawan China memberi kontribusi sekitar 12 persen terhadap total wisatawan asing yang datang ke Indonesia hingga Oktober 2019.

Rata-rata kedatangan wisatawan China ke Indonesia kuartal I sekitar 532.000 orang, dari sekitar 2 juta wisatawan asing selama periode kuartal I 2017-2019 setiap tahunnya.

Sedangkan sejak virus corona merebak, pemerintah China telah menghentikan sejumlah rencana perjalanan ke luar negeri, yang tentunya akan mempengaruhi pendapatan pariwisata Indonesia pada kuartal pertama.

Data dari Bank Indonesia yang berada di Bali memperlihatkan, rata-rata seorang wisatawan China menghabiskan sekitar Rp 9,7 juta setiap kedatangan di Bali pada 2018.

‘’Biasanya turis dari China lebih suka datang pada kuartal I dan Kuartal III. Dengan kasus ini, bila kedatangan wisatawan China berkurang sekitar 50 persen saja, kita berpotensi kehilangan pendapatan dari sektor pariwisata sekitar Rp 2,5 triliun. Pada akhirnya, hal ini bisa berpengaruh terhadap defisit transaksi berjalan," jelas Lucky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com