Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Dibanding 2018, Luas Baku Sawah 2019 Naik Jadi 7,46 Juta Ha

Kompas.com - 04/02/2020, 20:15 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Lembaga dan kementerian tersebut yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian ATR/BPN, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Informasi Geospasial, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 

Baca juga: Ini Upaya Pemerintah dalam Perlindungan Lahan Pertanian di Daerah

Sofyan menambahkan, setiap informasi yang terkumpul diverifikasi kembali berdasarkan pendekatan spasial.

“Berdasarkan poligon 2013 kami verifikasi kembali, sehingga didapatkan data yang disepakati oleh semua pihak yang terlibat,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan akhirnya memiliki data tunggal luas lahan baku sawah.

“Data kami sudah punya. Data yang paling benar tetap dari Tuhan, tapi kan kita punya kemampuan dan ilmu pengetahuan membangun margin error sampai 5 persen,” ungkapnya.

Baca juga: Kementan: Perlu Penyediaan Informasi dalam Perluasan Lahan Pertanian

Penyempurnaan dalam berbagai tahapan penghitungan luas lahan baku sawah itu juga berpengaruh terhadap produksi padi 2019.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, dengan menggunakan luas lahan baku sawah tersebut, penghitungan ulang juga dilakukan terhadap luas panen dan produksi padi.

“Pada 2019, luas panen padi diperkirakan sebesar 10,68 juta ha dengan produksi sebesar 54,60 juta ton Gabah Kering Giling (GKG),” imbuhnya.

Agriculture War Room

Selain rilis luas lahan baku sawah tahun 2019, pada saat yang sama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan soft launching Agriculture War Room.

Ruangan tersebut berisi alat pemantau untuk memperbarui data pertanian di Indonesia secara berkala.

Data yang disajikan dalam ruangan yang diklaim mirip pentagon di Amerika Serikat itu meliputi luas lahan baku sawah, pasokan pupuk, hingga luas panen.

“Ruangan ini sama dengan ruangan di Pentagon di Amerika. Kami perang dari sini, aktivitas dan data pertanian dari sini,” kata Syahrul.

Baca juga: Ingin Impor Buah Indonesia, Argentina Siap Alih Teknologi Pertanian dengan RI

Ruangan yang dilengkapi dengan layar LED berbentuk memanjang itu menampilkan data-data akurat dari seluruh Indonesia.

“Misalnya jika di Pasuruan ada yang bilang kekurangan pupuk, maka dari sini (AWR) saya bisa melihat di mana lokasi desanya, kecamatannya, dan kabupaten yang klaim kurang pupuk,” ujarnya.

“Saya juga bisa lihat intervensinya pupuk sudah sampai mana. Apakah di lini 4, lini 5 atau lini 1. Kita lihat dari sini,” tambah Syahrul.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com