Dia pun menyebut masih banyak potensi yang bisa terus digali untuk meningkatkan perdagangan dan investasi kedua negara.
Dengan besarnya potensi ekonomi kedua negara, lanjutnya, sudah seharusnya Indonesia dan Turki berkolaborasi bersama.
Tak hanya itu, Jerry menyampaikan, hal penting lainnya untuk terus memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi termasuk pariwisata karena keduanya lebih dari sekadar “teman” dalam sejarah dan politik.
Baca juga: Kemendag Klaim Tidak Ada Impor Cangkul
Jerry menjelaskan, Indonesia dan Turki merupakan negara yang besar di masing-masing kawasan.
Kedua negara juga masuk dalam 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan merupakan anggota D8 dan G-20.
Dalam 10 tahun terakhir, jelasnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar 5,3 persen per tahun.
Selain itu, populasi di Indonesia pada 2025 akan mencapai 300 juta jiwa dengan pendapatan per kapita sebesar 15.000 dollar AS.
Dari total populasi tersebut, setengahnya adalah penduduk usia produktif.
Dalam kesempatan yang sama, Jerry memaparkan peran minyak sawit bagi perekonomian Indonesia.
Baca juga: Jokowi Sebut CPO Lebih Murah dari Minyak Bunga Matahari, Mungkinkah Hidup Tanpa Sawit?
“Minyak kelapa sawit tidak hanya sekedar produk ekspor, tetapi merupakan representasi dari perdagangan, alam, dan budaya Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, minyak kelapa sawit berperan penting bagi terbukanya lapangan pekerjaan dan penurunan angka kemiskinan.
Minyak kelapa sawit, lanjutnya, adalah sumber pendapatan langsung dan tidak langsung bagi 16,5 juta penduduk Indonesia.
Sementara itu, bagi negara-negara mitra, seperti Turki, minyak kelapa sawit merupakan komoditas sangat penting bagi industri pengolahan.
Industri yang dimaskud menghasilkan produk perawatan dan kosmetik, serta makanan dan minuman.
Minyak kelapa sawit juga telah diketahui memiliki produktivitas terbesar dibandingkan minyak nabati lainnya.
Baca juga: Mengenal B20, Produk Kelapa Sawit untuk Campuran Biodiesel