Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Dianggap Makanan Ular, Porang Kini Jadi "Emas" Petani

Kompas.com - 05/02/2020, 14:15 WIB
Muhammad Idris,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jika dulu banyak dibuang, tanaman porang kini banyak dibudidayakan petani di sejumlah daerah. Di pasar ekspor, umbi porang yang diolah jadi tepung ini laku keras.

Padahal, tanaman ini tumbuh liar di pekarangan rumah dan dianggap masyarakat sebagai makanan ular.

Umbi dari porang, banyak dicari di pasaran luar negeri seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea. Tepung umbinya dipakai sebagai bahan baku kosmetik, obat, hingga bahan baku ramen.

Diberitakan Harian Kompas, 17 Juni 2011, porang awalnya tidak lebih dari tumbuhan liar yang lazim ditemukan di sela-sela pepohonan hutan di Madiun, Jawa Timur.

Terinspirasi sifat tumbuh dan nilai ekonominya, warga setempat membudidayakan tanaman ini di balik rimbunnya tegakan pohon di hutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, warga tak perlu lagi menebang pohon di area hutan.

Di Madiun, porang banyak ditanam petani di lahan-lahan Perhutani yang dikerjasamakan. Rupanya, peningkatan kesejahteraan petani di kawasan hutan, sampai membuat angka pencurian kayu hutan milik Perhutani menurun drastis.

Ide untuk menanam porang tak lepas dari pertimbangan ekologis. Tumbuhan ini cocok untuk tumbuh kembang di bawah tanaman tegakan hutan.

Baca juga: Mengenal Porang, Tanaman yang Bikin Banyak Petani Jadi Miliarder

Di samping itu, porang juga memiliki nilai ekonomi dan sosial dalam rangka pengembangan dan pelestarian hutan.

Umbi porang laku dijual. Saat ini harganya menembus Rp 2.500 per kg basah atau baru petik. Umbi porang kering atau chips porang dihargai lebih mahal lagi, Rp 20.000 per kg.

Masih ada yang lebih mahal yakni tepung porang. Namun, kemampuan masyarakat belum sampai ke sana sehingga teknologi pembuatan tepung masih dikuasai pabrik besar.

Bagi warga Desa Sumberbendo, salah satu desa di Kabupaten Madiun, porang adalah primadona yang diibaratkan sebagai emas hitam karena hasil panen porang bisa langsung dikirim ke Jepang.

Produktivitasnya juga terbilang tinggi. Setiap hektar lahan mampu menghasilkan 5 ton umbi basah sehingga petani bisa membukukan pendapatan minimal Rp 12,5 juta per hektar.

Panen porang berlangsung sekali dalam setahun. Akan tetapi, porang tidak memerlukan biaya pemeliharaan. Bahkan, penanaman cukup dilakukan sekali dan hasilnya bisa dinikmati setiap tahun.

Kisah Paidi

Beberapa petani bahkan kaya raya berkat tanaman ini. Paidi contohnya, petani porang asal Madiun yang sebelumnya berprofesi sebagai pemulung ini jadi miliader berkat porang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Produsen Catakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Catakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com