Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Virus Corona, Bagaimana Dampaknya ke Ekonomi dan Pasar Saham?

Kompas.com - 11/02/2020, 15:28 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masalah penyebaran virus corona menjadi sebuah kekhawatiran setiap negara.

Sebab, hingga kini jumlah kematian terus bertambah. Tercatat sebanyak 1.018 korban meninggal dunia akibat virus corona.

Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menjelaskan, hingga saat ini dampak virus corona terhadap perekonomian hingga pasar saham masih belum dapat dipastikan.

"Masalah virus corona ini masih menjadi black swan event. Kita belum tahu, masih harus lihat perkembangannya," katanya di Jakarta, Selasa (11/2/2020).

Baca juga: Erick Thohir Khawatir Virus Corona Bisa Pupuskan Mimpi Indonesia Jadi Negara Besar

Namun, berkaca dari wabah yang sempat terjadi sebelumnya seperti SARS tahun 2003 dan MERS tahun 2014, nyatanya ini tidak ada relevansi antara pasar saham dan wabah.

"(Penyebaran virus corona), masih ongoing, number of cases sudah 42.000-an, tapi tingkat kematiannya masih tetap 2 persen, jadi masih kecil. Kita belum tahu arahnya ke mana. Tapi berkaca dari dua kejadian sebelumnya terlihat tidak terlalu ada hubungan antara pasar saham dengan wabah," jelasnya.

Freddy mengatakan, sejauh ini belum dapat dilihat pola dari penyebaran virus corona.

Ia mencontohkan, misalkan saja dampaknya terhadap saham maskapai penerbangan atau bisnis perhotelan yang turun. Akan tetapi, di lain pihak saham farmasi justru naik.

"Jadi bisa saja offset, tidak bisa dilihat pattern-nya. Tapi yang pasti terkena dampak adalah ekonomi China tahun ini yang mungkin tidak terlalu bagus," jelasnya.

Baca juga: Serangan Virus Corona Bikin Industri Penerbangan Kacau Balau

Menurutnya, sampai bulan ini saja, masih banyak pabrik yang tutup, padahal Wuhan merupakan hub yang begitu penting untuk perdagangan.

Wabah SARS tahun 2003 yang menimpa China, mencapai 8.100 kasus dan dengan kematian hampir 10 persen. Sementara dari sejak awal penyebaran, indeks Asia Pasifik turun 5,5 persen.

Setelah 3 bulan kemudian, membaik dan naik 13 persen dan 6 bulan brikutnya naik 35 persen.

"GDP China juga tidak terlalu terdampak akibat SARS," katanya.

Selanjutnya, wabah MERS di tahun 2014 dengan 2.500 kasus dan menyebabkan kematian. cukup tinggi yakni 35 persen. Namun, sejak awal penyebaran, indeks saham Asia Pasifik naik 1,3 pesen, kemudian setelah 3 bulan naik 7,4 persen dan pada 6 bulan ke depannya naik 2,4 persen.

"Masalah MERS ini, membuat GDP Saudi Arabia juga sempat terdampak, tapi setahun kemudian GDP Saudi Arahia sudah kembali pulih," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Whats New
Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com