KOMPAS.com – Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan Bank Negara Indonesia (BNI), menyelenggarakan Gerakan Menyongsong Pertanian 4.0.
Kegiatan yang diikuti 750 petani dari sebelas desa di dua kecamatan itu digelar di Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar, Rabu (12/02/2020).
Pada kegiatan itu, dilakukan penyerahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 4.1 miliar kepada 471 orang dan polis asuransi jagung bagi 23 orang untuk lahan seluas 33,6 hektar (ha).
Dilakukan pula penyerahan polis Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) seluas 9.133 ha dengan nilai Rp 1.644 miliar dan klaim AUTP sebesar Rp 1.319 miliar untuk lahan seluas 254,11 ha.
Baca juga: Bunga 6 Persen dan Tanpa Anggunan, KUR Pertanian Jadi Angin Segar Petani
Terkait KUR, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak para petani untuk memanfaatkannya dengan baik.
“Manfaatkan KUR untuk memperkuat modal petani. Sepanjang KUR tidak salah management, tidak akan rugi. Asal ada lahannya, ambil saja KUR,” kata Syahrul, dalam keterangan tertulis.
Pada kesempatan itu, Syahrul juga memuji Karanganyar yang telah memperlihatkan kepada Indonesia kalau pertanian bisa mendatangkan hal baik.
“Apalagi sekarang petani dibimbing teknologi terbaru. Mereka bisa tahu kapan hujan, pupuk apa yang tepat untuk digunakan, dan bagaimana mendapat pembeli,” kata Syahrul.
Sementara itu, Direktur Pembiayaan Pertanian Kementan Indah Megahwati mengatakan, kegiatan tersebut juga menyampaikan pentingnya peran teknologi menuju pertanian 4.0.
“Kami mengimbau dinas, penyuluh, dan kepala Balai Pelatihan Pertanian (BPP) selalu mengikuti kegiatan yang dilakukan bank sehingga mendapat informasi terbaru," kata Indah.
Ia melanjutkan, sebenarnya di bidang pertanian sudah ada keterkaitan antara pembiayaan dengan teknologi.
Hal itu dijelaskan lebih lanjut oleh Direktur UMKM dan Jaringan BNI Tambok P Setyawati.
Baca juga: Mentan Lepas Ekspor 7.700 Ton Pakan Ternak ke Filipina
Menurut dia, teknologi yang diperkenalkan dalam kegiatan tersebut adalah teknologi smartfarming 4.0 berbasis Internet Of Things (IOT), bernama RITX Bertani.
“Teknologi smartfarming merupakan pengembangan teknologi informasi dalam mengoptimalkan potensi pertanian," lanjut Tambok.
Sebelumnya, teknologi serupa telah diterapkan di Garut, Pasaman Barat, Sukabumi, Situbondo, dan Dairi.
Tambok menambahkan, RITX Bertani juga berfungsi sebagai sensor tanah dan cuaca yang dapat memantau kondisi lahan secara realtime melalui telepon seluler.
Fungsi itu membuat data pertanian di sektor produksi menjadi lebih terukur. Petani pun mampu optimalkan penggunaan pupuk hingga 30 persen dan produktivitas hingga 25 persen.
“Petani akan menerima peringatan dini jika terjadi anomali pada lahan mereka. Mereka akan mendapat rekomendasi pencegahan kerusakan lahan dan tanaman,” kata Tambok.
Menteri Syahrul kemudian memberi contoh, dengan alat tersebut, petani bisa memotret hama dan menyebarkannya, sehingga dapat dilakukan antisipasi.
Baca juga: Tani Centre IPB Diharapkan Jadi Gerbong Teknologi Pertanian
“Petani modern akan mendapat hasil modern juga. Pelihara dengan baik, sehingga tidak ada KUR yang sia-sia,” kata Syahrul.
Indah menegaskan, Kementan selalu mendukung kegiatan yang menyongsong era pertanian 4.0.
Bahkan, program KUR dipastikan dapat mendorong petani menerapkan teknologi pertanian 4.0, melalui pembiayaan dan pendampingan.
“Kami akan adakan lagi kegiatan seperti ini agar alat yang ada bisa berguna bagi kelompok tani. Mereka bisa membeli melalui KUR dan akan terhubung dengan kami,” kata Indah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.