Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dear Milenial, Ini Solusi Biaya Nikah yang Kian Mahal

Kompas.com - 13/02/2020, 16:31 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masalah modal atau biaya untuk menikah kerap menjadi suatu kendala yang acap kali dialami oleh para milenial.

Senior Manager Business Development Sequis Life, Yan Ardhianto Handoyo mengatakan, agar milenial terbebas dari persoalan biaya menikah, pasangan milenial harus memahami tujuan pernikahan itu sendiri karena menikah dan membangun rumah tangga akan selalu berkaitan dengan biaya.

Misalkan saja, nominal biaya yang dibutuhkan, darimana sumber dananya, siapa yang akan membiayai dan sejumlah pertanyaan lainnya mengenai biaya dan anggaran.

"Menikah adalah awal membangun rumah tangga, kehidupan pernikahan justru dimulai setelah pesta resepsi. Oleh sebab itu, biaya pernikahan sebaiknya tidak dibiayai dari utang, masih banyak tahapan kehidupan yang membutuhkan biaya," kata Yan melalui siaran resmi, Kamis (13/2/2020).

Baca juga: Ingin Pernikahan Damai dari Masalah Keuangan, Simak Tips Berikut

Yan mengatakan, pada dasarnya menikah cukup murah, sementara yang membuat mahal adalah karena milenial semakin peduli dengan pencitraan dan penampilan.

“Milenial biasanya mendambakan pernikahan yang modern dan visual. Sebagai contoh, ada beberapa detail yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya di pesta pernikahan era lama," katanya.

Ia mencontohkan, ini mencakup tambahan photobooth dalam resepsi hingga layar LCD untuk penayangan langsung pesta pernikahan yang kini banyak dapat dijumpai pada pesta pernikahan pasangan milenial.

Baca juga: Ini Penjelasan PT KAI soal 45 KRL Hanya Sampai Manggarai

Selain itu, estimasi biaya untuk resepsi pernikahan pun terus meningkat, apalagi resepsi dilakukan di hotel bintang lima di kawasan Jakarta. Perlu diketahui, pada 2020 biaya pesta di hotel bisa mencapai lebih dari Rp 500 juta.

"Rp 500 juta ini belum termasuk jasa fotografer, photobooth, undangan, souvenir, hantaran dan lainnya," jelas Yan.

Di sisi lain, milenial sangat ingin pernikahannya ditampilkan pada postingan di media sosial. Hal ini juga semakin berkembang sehingga para milenial tidak mau menikah sekadarnya dan dengan cara konservatif.

Baca juga: Lowongan Kerja BUMN dan Anak Usahanya yang Masih Dibuka

“Dengan fakta di atas, dapat kita katakan biaya pernikahan untuk milenial membutuhkan jumlah yang besar," ucapnya.

Fenomena ini bisa menimbulkan polemik bagi mereka yang belum siap secara finansial, beberapa diantaranya menunda pernikahan.

Ada juga yang tetap memilih tetap melangsungkan pernikahan dengan berutang. Padahal jika mau menyesuaikan kemampuan keuangan dan mengerti akan tujuan pernikahan, tidak perlu menunda hanya karena gengsi, pernikahan tetap dapat dilangsungkan dengan cara sederhana.

Di sisi lain, milenial dapat memanfaatkan fasilitas pinjaman tanpa bunga atau dengan bunga yang sangat rendah. Hal ini mengingat rasio total utang konsumtif adalah maksimal 15 persen dari penghasilan tetap.

Baca juga: Persiapan Pernikahan, Ini 3 Tips Terhindar dari Vendor Abal-abal

Namun Yan menyarankan agar pernikahan dibiayai dengan anggaran yang dipersiapkan sebelumnya.

“Jika ingin menikah tetapi penghasilan tidak mencukupi membiayai pesta, maka mulailah hidup lebih hemat, menahan diri untuk tidak belanja yang bukan urgensi, seperti baju, sepatu, atau belanja online. Mengurangi kebiasaan hangout di kafe, tidak perlu tergoda promo diskon atau cashback untuk hal-hal yang bukan menjadi prioritas hidup saat ini,“ sebut Yan.

Menurut survei Bridestory Indonesia Wedding Industry Report, pesta pernikahan dapat dikategorikan ke dalam 4 kategori, yaitu affordable, moderate, premium dan luxurious dengan kisaran tamu undangan mulai dari 50 pax sampai 1.000 pax.

Baca juga: Simak, 5 Kesalahan Utama Para Investor Pemula

Untuk kategori affordable, biaya yang diperlukan Rp 20 juta sampai Rp 400 juta, untuk moderate berkisar Rp 40 juta sampai Rp 800 juta, untuk premium Rp 100 juta sampai Rp 2 miliar.

Untuk tipe luxurious, seperti pernikahan di luar kota atau luar negeri, mengundang selebritis sebagai pengisi acara, dan menggunakan jasa vendor premium, kisaran dananya Rp 350 juta sampai Rp 7 miliar.

Dari 4 kategori di atas, kisaran angka yang dianggap wajar untuk pesta pernikahan tergantung dari jumlah tamu yang diundang dan tingkat kemewahan acara, tipe pesta pernikahan yang diimpikan, pemilihan lokasi serta pilihan jenis hidangan (catering).  

Jika belum yakin dengan bujet yang sedang disiapkan, maka rincian anggaran biaya pernikahan yang rasional bisa digunakan sebagai panduan membuat bujet.

Baca juga: Tetap Nekat Impor Hewan Hidup dari China, Ini Sanksinya

Panduannya yakni 40 persen biaya konsumsi (Food and Beverage), 20 persen biaya dekorasi, 5 persen untuk biaya akad nikab atau pemberkatan pernikahan, masing-masing 8 persen untuk biaya pakaian, venue, dan dokumentasi, masing-masing 3 persen untuk biaya souvenir dan undangan, 5 persen untuk biaya lainnya

Yan juga menyarankan agar menyisihkan kurang lebih 10 persen dari total bujet yang dimiliki untuk biaya tak terduga karena kebanyakan pesta pernikahan membutuhkan tambahan bujet sebesar 10 persen sampai 15 persen.

Misalnya, untuk keperluan resepsi, bujet untuk keperluan catering konsumsi sebesar 40 persen dari dana pesta untuk keperluan makanan pondokan atau gubukan, sebagian lagi untuk kue pengantin, atau snacks (kue-kue ringan) sehingga untuk pesta dengan konsep buffet, presentasenya bisa jadi akan lebih besar.

Baca juga: Cermati Tips Ini agar Pesta Pernikahan Tak Bikin Kantong Jebol

Jika Anda masih tidak yakin dengan perencanaan anggaran dan angkanya, Yan menyarakan agar meninjau lagi anggaran pernikahan, yaitu memilih anggaran mana yang bisa dikurangi dan mana yang bisa dihilangkan.

Misalnya, bila kompensasi biaya videografi lebih besar dari perkiraan, maka calon pengantin bisa meniadakan photo booth dan hanya menyediakan pojok foto dengan dekorasi sederhana tetapi tetap menarik bagi tamu untuk berfoto.

Dalam menyiasati bujet, calon pengantin juga bisa melakukan survei dahulu untuk harga perlengkapan pernikahan termasuk survei dimana barang tersebut dijual lebih murah, jika dibeli dalam jumlah banyak sehingga dapat memperkirakan jumlah bujetnya. 

Beberapa vendor biasanya dapat diikat harganya dengan Down Payment (DP) sekitar satu tahun menjelang hari H pernikahan dan sisa pembayarannya bisa dicicil kemudian di sepanjang tahun tersebut. Hal ini tentu bisa meringankan untuk mengalokasikan mana yang prioritas dan mana yang bisa ditunda.

Baca juga: Tito Karnavian Cerita soal Takut Lihat Kantor Kemenkeu...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com