Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Lobster, Effendi Gazali Tantang Susi Diskusi Terbuka

Kompas.com - 15/02/2020, 11:00 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengkritik Effendi Gazali soal pandangannya yang mendukung pembukaan ekspor benih lobster.

Dalam unggahannya di akun twitter pribadinya, Susi menyinggung sosok yang populer di sebuah acara parodi Republik Mimpi itu lantaran menyebut lobster di perairan Indonesia jauh dari kata punah.

"Keilmuan tinggi seorang guru besar, Docto, dalam menjustifikasi / memperlihatkan/ meninggikan/ membenarkan Ignorances untuk Pembenaran Ekspor Bibit Lobster saya tidak berilmu dan saya berduka. Mari simak video ini," tulis susi dalam unggahannya seperti dilihat Sabtu (15/2/2020).

Menjawab kritikan Susi yang dialamatkan kepadanya, Effendi Gazali meresponnya dengan mengundang Susi ikut dalam diskusi ketimbang saling berargumen di lini masa.

Baca juga: Panas, Susi Serang Effendi Gazali soal Kebijakan Ekspor Benih Lobster

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI) ini mengajak Susi datang ke acara diskusi lobster di Kementerian Kelautan dan Perikakanan (KKP) pada Rabu (19/2/2020) mendatang.

"#BuSusiysh 6 @Susipudjiastuti Begini Bu, sesuai peradaban ilmiah: km undang Ibu Silaturahmi & Diskusi Ilmiah "Lobster: Apa Adanya" . Usul km Rabu, 19 Feb. Di Aula KKP (rumah Ibu jg kan?). Para ahli & jurnalis mhn semua yg berkenan hadir. Smg berkenan, jadwal bs kt cocokkan, trms," tulis Effendi Gazali.

"JGNADADUSTA Ayuk Bu kt ngobrol+ngopi & tunjukkan bukti2. Undangan 19 Feb tetap terbuka. Kt sama2 dukung keberlanjutan + hatchery & bongkar data penyelundupan benih lobster, apa adanya. Trims," tulisnya lagi.

Diketahui, Effendi Gazali saat ini ditunjuk menjadi Ketua Komisi Pemangku-Kepentingan dan Konsultasi Publik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP2-KKP).

Menurut dia, ketimbang terus menerus jadi polemik di media sosial, lebih baik diselesaikan dalam diskusi terbuka untuk sama-sama mencari titik temu terkait kebijakan melegalkan kembali ekspor benih lobster.

Baca juga: Nelayan: Ekspor Benih Lobster Hanya Untungkan Tengkulak

"Sy mhn maaf jk tdk terlalu sering bs twit atau socmed lain. Sy sdg coba mendengar the voiceless. Itu tugas utama KP2 (Komisi Pemangku-kepentingan). Revisi kebijakan harus sebesar2nya mendengar & memihak semua. Trima kasih," ucap Effendi Gazali.

Sebelumnya, dalam kutipan video yang bagikan Susi, Effendi Gazali menyebut kalau benih lobster saat ini masih aman dari ancaman kepunahan.

"Jumlah telur lobster 26,9 miliar per tahun, larvanya jadi 24,7 miliar per tahun, dan yang menjadi peurulus 12,3 juta miliar per tahun," ucap Effendi Gazali.

Di kesempatan itu, meski tak menyinggung langsung Susi, Effendi menyindir pihak-pihak yang menyebut kalau kebijakan ekspor benih lobster mengancam kelestarian lobster Indonesia.

"Jadi jangan ada lagi yang mengatakan ini bisa punah, punah dari sebelah mana? Dan lobster bukan sesuatu yang terancam punah," kata Effendi Gazali.

Seperti diketahui, Susi memang sejak lama secara terang-terangan tak setuju kalau ekspor benih lobster kembali dibuka.

Saat dirinya menjabat, terbit Peraturan Menteri (Permen) Nomor 56 Tahun 2016 tentang Larangan Penangkapan dan atau Pengeluaran Lobster, Kepiting, dan Rajungan dari Indonesia.

Aturan itulah yang masuk dalam daftar Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini, Edhy Prabowo, untuk direvisi.

Baca juga: Di Tengah Kontroversi Lobster, Susi Ditawari Jadi Duta Maritim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com