Untuk itu, masyarakat harus bisa mengidentifikasi dan menghindari jenis reksa dana seperti ini.
Namanya juga gorengan. Walaupun kolestrolnya tinggi, banyak yang suka. Hal yang sama juga terjadi pada investasi saham gorengan. Di depan, investor bisa bilang tidak suka, menghindar dan sebagainya, tapi di belakang tidak sedikit yang tergoda juga.
Meski demikian, terdapat perbedaan cara saham gorengan dan reksa dana saham gorengan dalam menggoda investornya.
Pada saham gorengan, karena harga bisa dilihat secara transparan, investor biasanya digoda dengan kenaikan harga yang signifikan pada beberapa hari, minggu, bahkan bulan secara berturut-turut.
Investor saham yang awalnya ragu, lama-lama ikut juga. Apalagi sudah merasakan keuntungan sehingga menambah investasi dari waktu ke waktu. Tapi investor saham yang awas biasanya tidak memegang dalam jangka waktu lama. Segmennya juga terbatas hanya ke pemain saham saja.
Di reksa dana saham gorengan agak berbeda. Karena reksa dana harus melakukan diversifikasi, maka alokasi ke satu saham hanya maksimal 10 persen. Jadi pergerakan harganya tidak akan seekstrem seperti saham gorengan ketika sedang naik.
Ada kemungkinan manajer investasi akan membeli beberapa saham gorengan sekaligus kemudian berkolaborasi dengan bandar saham untuk mengatur harga sedemikian rupa sehingga kenaikan harga di reksa dana terlihat stabil.
Bahkan ketika IHSG sedang turun sekalipun, kinerja reksa dana saham bisa tetap naik.
Akibatnya ketika saham gorengan belum gosong, kinerja reksa dana akan terlihat begitu baik bahkan memenangkan beberapa penghargaan reksa dana terbaik.
Kemudian untuk menambah daya tarik ke investor, manajer investasi memberikan janji return pasti yang bisa berkisar 8 persen, 10 persen, hingga belasan persen per tahun dengan masa investasi mulai dari 3 bulan, 6 bulan, hingga 1 tahun.
Cara hitungnya adalah jika kenaikan harga reksa dana di bawah persentase yang dijanjikan, maka selisihnya akan diganti yang pada prakteknya ditransfer dari pihak lain yang bukan manajer investasi.
Sebaliknya jika kenaikan harga reksa dana di atas persentase, maka selisihnya dikembalikan oleh investor.
Berbeda dengan saham gorengan, pergerakan harga yang stabil, janji return yang moderat, dan cara kerja yang seperti deposito, membuatnya lebih mudah untuk memikat investor dalam segmen yang lebih luas tidak seperti saham gorengan yang hanya ke pemain saham saja.
Manajer Investasi yang kerjanya sesuai aturan terus terang sangat sulit untuk bersaing karena memberikan janji return selain jenis reksa dana terproteksi merupakan tindakan yang melanggar aturan.
Reksa dana terproteksi juga memiliki risiko yang harus dijelaskan secara eksplisit. Belum lagi kinerja IHSG dalam beberapa tahun ini juga stagnan dan cenderung negatif.
Untuk menghindar dari saham gorengan, bagi orang awam yang tidak memiliki pengetahuan di pasar modal, maka bisa mencoba mencari tahu apakah saham tersebut sering masuk dalam kategori UMA atau tidak.
Perhatikan apakah kenaikan laba bersih perusahaan sejalan dengan kenaikan harganya. Dalam hal ini bisa menggunakan rasio valuasi seperti Price Earning Ratio. Biasanya jika sudah di atas 25x sudah tergolong mahal.
Reksa dana saham gorengan sebagaimana pemaparan di atas, memiliki cara menggoda investor yang berbeda.
Untuk itu, ciri utama yang harus segera kita hindari apabila reksa dana tersebut menawarkan tingkat return pasti selain jenis reksa dana terproteksi.