Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Indonesia, Prospek Kerja Sektor TI Masih Tinggi

Kompas.com - 18/02/2020, 18:06 WIB
Elsa Catriana,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini pekerja di sektor teknologi informasi (TI) tengah gencar dicari oleh perusahaan. Ini sejalan dengan upaya adaptasi perusahaan di tengah kemajuan teknologi yang pesat.

Pekerjaan di sektor TI pun semakin beragam, sejalan dengan tumbuh dan kembangnya perusahaan rintisan (startup) maupun e-commerce dan hingga pembayaran nontunai.

CEO G2 Academy Ferry Sutanto mengatakan, dorongan peran teknologi dan perkembangannya yang kian pesat membuat prospek kerja di sektor TI sangat besar.

Baca juga: Kampanye Open Source ke Kampus untuk Genjot Tenaga Ahli TI

"Kalau untuk prospek kerjanya besar sekali dong yah, apalagi sekarang kalau kita lihat banyak yang sedikit-sedikit udah digital, pembayaran udah enggak cash transaksinya," ujarnya di Jakarta, Selasa (18/2/2020).

Melihat kondisi itu, Ferry berpendapat orang-orang yang memiliki keahlian di bidang TI masih tetap diincar dan banyak dibutuhkan.

Selain itu, tren bisnis di Indonesia pun telah mengarah ke digital. Meski perkembangannya pesat, namun Indonesia masih harus mengejar ketinggalan dari negara-negara lainnya.

"Kalau di bidang IT itu ada tahap perkembangan misalnya dari awal perkembangan web, big data, terus data science, data learning dan paling tinggi Artificial Intelligence (AI). Indonesia saat ini masih di tahap web, oleh sebab itu butuh orang-orang untuk mengembangkan ini ke tahap selanjutnya," jelas Ferry.

Ia berpendapat, baru 1 persen perusahaan di Indonesia yang mengembangkan big data. Ke depannya, Indonesia masih memiliki pekerjaan dan tugas untuk mengembangkan rencana ekosistem digital selanjutnya.

Baca juga: Survei Robert Walters: Pekerja TI Semakin Dibutuhkan di Tahun Depan

Ferry juga mengatakan, keuntungan bisnis sektor teknologi hingga saat ini masih sangat besar. Namun demikian, ini bervariasi, tergantung pada skala perusahaan.

"Profitnya gede sekali, contohnya saja Amazon mereka memang masih merugi sampai saat ini tapi pertumbuhan meningkat, bisa dibayangkan kalau misalnya enggak ada kerugian, berapa banyak itu pendapatan mereka. Lagian kalau awalnya kita rugi belum tentu kan selamanya juga merugi," terang Ferry. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com