Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Ini Mau Tawarkan Naik Gunung Rinjani Pakai Helikopter

Kompas.com - 19/02/2020, 20:05 WIB
Muhammad Idris,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan operator angkutan helikopter, Airbus Helicopters Indonesia (AHI), mengajukan izin layanan jasa angkutan udara menggunakan helikopter bagi para wisatawan yang ingin menikmati keindahan ke Gunung Rinjani.

Gunung yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat ini sudah puluhan tahun jadi favorit para pendaki, baik turis domestik maupun luar negeri.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Dedy Asriady, mengatakan rencana Airbus Helicopters Indonesia itu masih dalam tahap penjajakan.

Baca juga: Dongkrak Pariwisata Kemenhub Perbanyak Slot Penerbangan Domestik

Pemerintah dalam hal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga belum mengeluarkan izin.

"Perusahaan tersebut sudah menyampaikan rencana bisnisnya di hadapan para pihak terkait, termasuk para pelaku usaha jasa pendakian," jelas Dedy seperti dikutip dari Antara, Rabu (19/2/2020).

Dia menyebutkan, selain layanan angkutan pendaki menggunakan helikopter dari AHI, ada pula penjajakan dari PT Rinjani Glamping Indonesia (RGI).

RGI sedang menjajaki kemungkinan untuk membangun glamping atau penginapan mewah menggunakan tenda di sekitar area Danau Segara Anak di ketinggian Gunung Rinjani.

Khusus untuk rencana pembangunan glamping, RGI sudah mengurus izin lingkungan sejak tahun 2017. Namun, itu pun baru mengantongi pertimbangan teknis dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Utara dan BTNGR.

Untuk sampai mendapatkan izin, RGI masih harus mengurus sejumlah perizinan.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi perusahaan antara lain menyusun studi kelayakan dan rencana pengembangan pariwisata alam (RPPA), dimana untuk syarat RPPA harus dilakukan melalui uji publik.

Baca juga: Sejak 1992, Freeport Sudah Setor Royalti ke Pemerintah Rp 31,9 Triliun

Baru setelah itu, RGI harus mengantongi izin pemenuhan komitmen dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK.

"Jadi masih panjang proses yang harus dilakukan kedua investor tersebut sampai memperoleh izin," ungkap Dedy.

Dikatakanya, usaha layanan jasa pariwisata dari kedua perusahaan itu cukup terbuka jika mengacu pada UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.

"Yang perlu kami sampaikan adalah mari berikan ruang untuk itu, jangan sampai ditolak terus. Kita berikan peluang, tapi tetap koreksi," terang Dedy.

Sementara itu, Sales Manager Corporate Airbus Helicopters Indonesia, Sussy Kusumawardani, menjelaskan pihaknya ingin menjalankan usaha jasa angkut turis menggunakan capung besi karena selama ini keindahan Gunung Rinjani hanya dinikmati kalangan tertentu.

Selama ini, untuk menikmati surga di Gunung Rinjani, seperti Puncak Rinjani dan Danau Segara Anak, hanya bisa dilakukan melakukan pendakian.

"Kami juga tertarik menyediakan fasilitas transportasi udara karena pemerintah Indonesia menjadikan pariwisata sebagai prioritas. Dan akses merupakan salah satu kuncinya," ujar Sussy.

Baca juga: Lagi, Politisi PDIP Masuk ke Jajaran Komisaris Bank BUMN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com